Upaya Rapanie memperkenalkan kembali naskah Ulu dituangkan dalam buku kompilasi cerita sejarah/purbakala Sumsel. Ia meyakini masih banyak ilmu praktis yang dituliskan dalam naskah Ulu. Pertengahan 2010, tim ekspedisi menemukan serat Ulu berisi diagram penanggalan, arah matahari, dan ilmu bercocok tanam.
Dari naskah di Museum Negeri Sumsel, ia mengetahui kuatnya multikulturalisme dalam masyarakat ratusan tahun lalu. Naskah beraksara Kaganga yang diperkirakan dari abad XVI itu berisi riwayat Nabi Muhammad SAW, dengan bahasa Jawa. Ini mencerminkan keberagaman budaya yang saling melengkapi, tanpa menghancurkan satu sama lain. Nilai ini dapat menguatkan toleransi bangsa yang semakin terkoyak.
”Saya menduga, ada naskah Ulu yang berisi ilmu bangunan karena dulu semua rumah adat menggunakan sistem bongkar pasang,” katanya.
Kesulitan pelestarian semakin bertambah dengan minimnya ahli yang bisa membaca aksara Kaganga. Terasa ironis karena pelestarian dan penelitian naskah Ulu justru dilakukan negara lain. Di Belanda diduga ada 182 naskah yang telah diteliti ahli Belanda.
”Saat bangsa sendiri melupakan, bangsa lain melestarikan dan menelitinya,” kata Rapanie.
Ahmad Rapanie Igama