PURBALINGGA, KOMPAS
Wachyono (43), salah satu perajin knalpot di Kecamatan Bojongsari, Purbalingga, Rabu (3/8), mengakui, tidak ada patokan harga untuk knalpot dengan spesifikasi yang sama. ”Bahkan, meski industrinya bersebelahan, bisa saja satu
Tak adanya standardisasi harga membuat para perajin saling bersaing dan menjatuhkan harga pasaran demi memenangi persaingan pemasaran knalpot. Akibatnya, perajin yang modalnya lemah kalah bersaing dengan perajin yang berani menjual knalpot lebih murah karena memiliki modal lebih kuat.
Bahkan, lanjut Wachyono, satu bengkel bisa membuat pesanan dari dua produsen knalpot atau lebih. Pemilik bengkel pun bebas menentukan harga yang berbeda bagi masing-masing produsen. Saat ini, secara umum, harga knalpot di sentra industri Purbalingga antara Rp 1,5 juta dan Rp 10 juta per unit, tergantung kualitas dan jumlah pesanan.
Akibat tidak ada standar minimal harga jual, banyak perajin terpaksa melepas produknya dengan harga murah ketimbang tidak laku terjual. Apalagi, perajin dituntut tetap membayar upah karyawan dan menjaga kontinuitas produksi.
Agus Atmaja, pemilik PT Fan Folker Enterprises Purbalingga, mengatakan, persaingan tidak sehat tersebut merupakan masalah klasik yang bertahun-tahun dihadapi perajin knalpot dan belum ada jalan keluarnya. Akibatnya, bukan produsen lagi yang menentukan harga, melainkan pasar.
”Jika pasarnya dibilang jenuh, sebenarnya tidak. Pasar masih sangat terbuka luas. Masalahnya, masing-masing perajin tidak pernah ada komunikasi dan justru bersaing sendiri-sendiri,” ungkap Agus yang produknya banyak dipesan sejumlah agen tunggal pemegang merek di Indonesia.
Menanggapi hal ini, Ketua Koperasi Perajin Knalpot Braling Muhadjirin menilai perajin sudah saatnya membangun kesadaran untuk menentukan harga standar terendah bagi setiap produk yang dihasilkan. Hal ini menuntut peningkatan kualitas produk dan layanan purna jual yang memuaskan.
Kepala Bidang Perindustrian pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Purbalingga Agus Purhadi Satya mengatakan, pihaknya segera mengumpulkan semua perajin dalam waktu dekat untuk mendiskusikan penentuan harga jual minimal knalpot. Pemasaran knalpot Purbalingga idealnya dilakukan melalui satu pintu sehingga harga knalpot antarperajin setara.
”Jangan saling menjatuhkan. Namun, hal ini menuntut perbaikan kualitas knalpot yang sebagian besar masih buatan tangan dan belum bisa bersaing dengan knalpot pabrikan,” tutur Agus. Pemerintah Kabupaten Purbalingga masih mengupayakan bantuan mesin pencetak knalpot.