Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KECELAKAAN PESAWAT

Tragedi Burangrang Berulang

Kompas.com - 24/11/2011, 03:21 WIB

Kecelakaan pesawat di Gunung Burangrang, Rabu pekan lalu, adalah kisah berulang. Sejumlah warga di Bojong, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, di kaki Burangrang, ingat betul kejadian tahun 2001, 1986, dan sebagian tahun 1975. Salah satu korban dijadikan nama jalan di daerah tersebut: Jalan Marsekal Ramli. M Kurniawan

Perwira Tinggi TNI Angkatan Udara Marsekal Muda (Purn) Ramli Sumardi adalah korban kecelakaan pesawat angkut jenis Dornier yang jatuh di kawasan itu, Januari 1986. Selain Pak Ramli, sebutan warga bagi Ramli Sumardi, warga juga ingat Pak Boby, pilot helikopter NBell 412 milik Departemen Kehutanan yang jatuh di daerah itu pada 8 Februari 2001.

Bagi Maman (53), warga Desa Cihanjawar, Kecamatan Bojong, Gunung Burangrang (2.064 meter di atas permukaan laut/mdpl) serta anak-anak gunungnya, seperti Gunung Masigit (1.760 mdpl), Sunda (1.862 mdpl), dan Gedogan (1.825 mdpl), menyimpan kisah yang seolah sama dan berulang terkait kecelakaan pesawat.

”Dulu-dulu juga begini, hujan berkabut dan gelap saat ada pesawat jatuh atau hilang. Pencariannya butuh waktu berhari-hari,” kata Maman, Senin (21/11), saat membantu pencarian Cessna 172-PK NIP milik sekolah penerbangan Nusa Flying International (NFI) yang hilang kontak sejak Rabu (16/11).

Meski hingga Rabu (23/11) sore pesawat belum ditemukan, sinyal emergency locator transmitter (ELT), kesaksian warga, dan temuan sementara tim pencari menyimpulkan pesawat naas itu jatuh di kawasan Burangrang. Lokasi tersebut berada di koordinat 06°.46”.05” Lintang Selatan dan 107°.33”.14,9” Bujur Timur di daerah perbatasan antara Purwakarta dan Bandung Barat. Pesawat ditumpangi siswa Muhammad Fikriansyah (18) dan Agung Febrian (30) serta instruktur Kapten Pilot Partogi Sianipar (25).

Jajang (54), warga Kampung Gunung Bhakti, Desa Cihanjawar, mengatakan, meski sejumlah warga melihat helikopter NBell 412 terbang rendah sesaat sebelum jatuh, pencariannya tetap tak mudah. ”Sepuluh hari lebih keluar-masuk hutan, naik-turun gunung, pesawat tak ketemu. Baru pada hari ke-13, helikopter itu terlihat nyangkut di pohon di tebing Gedogan dalam kondisi hancur,” ujarnya.

Kondisi cuaca saat helikopter NBell 412 jatuh tahun 2001 tak jauh beda dengan saat ini. Hujan deras dan kabut tebal hampir terjadi setiap hari. Tim pencari harus menahan dingin sambil berhujan berjuang menembus kabut dan hutan gelap.

Seperti pada kecelakaan-kecelakaan sebelumnya, Maman, Jajang, dan sejumlah warga di sekitar Burangrang dilibatkan dalam pencarian karena dinilai lebih paham rute dan medan. Sejumlah warga bahkan rutin menjadi pemandu jalan dalam pelatihan dan pendidikan dasar pencinta alam.

Cuaca

Kabut tebal menyelimuti Burangrang, menyulitkan pencarian pesawat pada 1986. Setidaknya, hingga hari ketiga sejak dinyatakan hilang, pesawat belum ditemukan meski lima pesawat pencari telah dikerahkan ke Burangrang (Kompas, 27/1/1986). Situasi serupa terjadi pada proses pencarian helikopter NBell (Kompas, 11/2/2001).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com