"Penjualan sudah dihentikan. Sebagian besar pengantre yang pingsan sudah sehat dan dipulangkan. Yang cedera mendapatkan perawatan di rumah sakit. Kami sedang menelusuri perizinan acara dan pengamanannya," ujar Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Imam Sugiyanto.
Adiksi konsumsi
Ahli filsafat ekonomi dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, B Herry Priyono, mengatakan, fenomena ini timbul karena masyarakat tak mampu mengambil jarak terhadap konsumsi. Masyarakat tidak mampu membedakan apa yang sungguh dibutuhkan dan yang diinginkan. "Apakah saya sungguh membutuhkan atau menginginkan, itu campur aduk. Semua didikte iklan," katanya. Seolah-olah semua berguna bagi dirinya.
Selain itu, ujar Herry, hal ini juga disebabkan terjadinya adiksi konsumsi. Masyarakat ketagihan barang-barang konsumtif. Keinginan untuk mengonsumsi sebuah produk itu tak ubahnya orang yang kecanduan narkoba.
Karena konsumsi sudah masuk tataran adiksi, orang tidak sanggup lagi menanyakan baik atau buruk. "Pokoknya secara kompulsif menginginkan itu. Seperti ketagihan heroin," katanya.
Research In Motion, penghasil Blackberry yang berpusat di Kanada, pernah menjelaskan, pertumbuhan pelanggan Blackberry di Indonesia naik 10 kali lipat dalam waktu 24 bulan. Diprediksi ada 9,7 juta Blackberry yang bakal dijual di Indonesia pada 2015. Sayangnya, bangsa Indonesia hanya pemakai alias konsumen. (KUM/RYO/MAS/NEL/ppg/Kompas.com)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.