Banyak para istri yang tertular virus ini karena perilaku suaminya yang berhubungan seks dengan pasangan lain secara tidak aman atau tidak menggunakan kondom. Beberapa lagi adalah para istri pengguna narkoba suntik yang biasa berganti-ganti jarum suntik yang tidak steril.
Bahkan,tanpa disadari mereka juga menularkan virus ini pada anak yang dikandungnya lewat persalinan. Keadaan ini sebenarnya bisa dicegah bila saja penderita HIV/AIDS juga mendapatkan informasi yang cukup tentang penyakitnya.
Kekurangan informasi ini akan menyebabkan para penderita tidak menyadari bahwa dirinya sangat berpotensi menularkan virus ini kepada pasangan hidupnya bila tanpa pencegahan. Penyebaran informasi yang terus menerus dan tidak hanya dalam momen-momen peringatan tertentu sangatlah penting.
Sekarang ini kita melihat bahwa banyak lembaga swadaya masyarakat yang ikut aktif dalam usaha ini. Bahkan, beberapa di antaranya dijalankan oleh penderita HIV/AIDS sendiri.
Di sana mereka berperan sebagai konselor demi menolong, setidaknya menjadi tempat berbagi cerita bagi rekan-rekan lain yang juga mengalami hal yang serupa. Penderita HIV-AIDS sendiri sebenarnya sudah direpotkan oleh penyakitnya sendiri tanpa perlu ditambah lagi dengan adanya sikap masyarakat yang stigmatis terhadap mereka.
Bayangkan saja bagi mereka telah menjalani pengobatan, efek samping obat di mana terdapat rasa mual yang sangat, sekali waktu pasti akan membuat mereka berpikir untuk menghentikan pengobatan saja. Belum lagi ditambah dengan penyakit yang mudah datang karena rentannya sistem imunitas tubuh.
Bahkan, kadang penyakit seperti influenza saja dapat membuat pasien HIV/AIDS dirawat di rumah sakit. Bila hal ini ditambah lagi dengan beban mental dari masyarakat, tidak terbayang betapa berat beban saudara-saudara kita yang menderita penyakit ini. Karena bagi mereka, menerima keadaan dirinya menderita virus mematikan ini saja sudah memerlukan usaha dan kelapangan dada yang sangat besar.
Tidak sedikit dari mereka yang tidak mampu menerima keadaan ini sampai akhir hayatnya dan ada beberapa yang mengalami depresi. Untungnya, pengobatan pasien HIV-AIDS telah diupayakan oleh pemerintah dengan adanya obat retroviral gratis bagi para penderita yang dapat diambil di berbagai rumah sakit besar di tiap kota besar. Obat ini didapatkan dengan datang langsung ke bagian tim khusus penanganan HIV-AIDS di rumah sakit berada.
Hal ini tentunya sangat membantu karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk pengobatannya yang memakan waktu panjang dan melelahkan. Pemerintah tentunya memegang peranan yang sangat penting dalam upaya ini, namun sebagai masyarakat kita tentunya juga tidak dapat tinggal diam.
Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk membantu penanganan masalah menyeluruh pasien HIV-AIDS. Salah satunya dengan menganggap para penderita sama dengan penderita penyakit biasa yang sama-sama butuh bantuan dan perhatian kita.
* Psikiater, Pengajar Ilmu Psikiatri di FK UKRIDA
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.