TEHERAN, SENIN -
”Seluruh aktivitas nuklir Iran, termasuk pengayaan uranium di fasilitas nuklir Natanz dan Fordow, berada di bawah pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA),” tutur utusan Iran untuk IAEA, Ali Asghar Soltanieh, kepada stasiun televisi Al-Alam.
Sebelumnya, para diplomat di markas besar IAEA di Vienna, Austria, lebih dulu membenarkan dimulainya proses pengayaan uranium menjadi berkadar 20 persen di fasilitas yang dijaga ekstraketat tersebut.
Selain terletak sekitar 80 meter di bawah tanah, fasilitas nuklir di Fordow juga dilindungi sistem pertahanan rudal antiserangan udara. Sebuah markas militer juga terletak persis di sebelah fasilitas yang dijaga Garda Revolusi itu.
Fasilitas ini sudah lama dibangun Iran, tetapi baru diungkapkan secara terbuka kepada IAEA pada September 2009, setelah keberadaannya mulai tercium dinas intelijen Barat.
Pelaksanaan proses pengayaan ini menunjukkan tekad Iran untuk maju terus dengan program nuklirnya meski tekanan dunia Barat makin besar.
”Dimulainya proses pengayaan 20 persen di Fordow jelas meningkatkan risiko. Iran mulai sekarang akan memproduksi material fisi nuklir yang makin dekat dengan kadar untuk membuat senjata, dan itu dilakukan di tempat yang terlindung dari gangguan, jauh di dalam gunung,” papar Mark Fitzpatrick, pakar nuklir dari lembaga pemikiran International Institute for Strategic Studies.
Laporan IAEA, yang menginspeksi fasilitas nuklir di Fordow, pekan lalu, menyatakan, terdapat 348 mesin untuk memperkaya uranium beroperasi di tempat itu. IAEA mengatakan, fasilitas centrifuge yang dioperasikan di Fordow terlihat seperti perangkat standar generasi lama yang dioperasikan di Natanz.
Di Natanz sendiri terdapat 8.000 centrifuge yang mampu memperkaya uranium menjadi berkadar 20 persen. Kadar tersebut jauh di atas kadar 3,5 persen yang dibutuhkan sebagai bahan bakar reaktor nuklir untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
Iran berdalih pihaknya membutuhkan uranium kadar 20 persen untuk dijadikan bahan bakar reaktor riset di Teheran yang berfungsi memproduksi radioisotop guna merawat pasien kanker. Namun, Barat meragukan Iran memiliki kemampuan teknis membuat radioisotop tersebut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.