Jalan-jalan di Gaza City, kota Khan Yunis, dan kota Rafah terlihat sepi lalu lintas, mengingatkan situasi pada saat serangan militer Israel, akhir tahun 2008.
Penduduk di Israel selatan juga mulai meninggalkan kota-kota menuju wilayah tengah dan utara untuk menghindari serangan masif roket Hamas dan faksi-faksi Palestina lainnya.
Serangan militer Israel ke Jalur Gaza, yang dimulai Rabu lalu, telah menewaskan sedikitnya 13 warga Palestina dan melukai 140 lainnya. Di antara korban tewas termasuk wakil komandan brigade Izzuddin el Qassam (sayap militer Hamas) Ahmed Jaabari (52). Rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza mendadak penuh dengan korban luka-luka.
Serangan balasan roket Hamas, Kamis pagi, seperti dilaporkan televisi Aljazeera, telah menewaskan sedikitnya tiga warga Israel dan melukai lima orang lainnya di kota kecil Kiryat Malakhi, sekitar 17 kilometer arah utara kota Ashkelon.
Hamas menggunakan rudal Grad untuk menyerang kota Kiryat Malakhi yang merupakan kota terjauh yang bisa dijangkau rudal tersebut. Hamas mengklaim telah menembakkan rudal jarak jauh tipe Fajar 5 untuk menggempur kota Tel Aviv. Israel mengklaim telah berhasil menghadang di udara rudal tipe Fajar 5 itu dengan sistem rudal antirudal.
Hamas juga menyatakan tewasnya Jaabari oleh sebuah serangan roket Israel merupakan deklarasi perang Israel. Jaabari selama ini mengendalikan operasi sehari-hari sayap militer Hamas tersebut, setelah komandan utamanya, Mohamed Deif, mengalami kelumpuhan sejak lolos dari upaya pembunuhan oleh Israel, sembilan tahun lalu.
Israel menyebut Jaabari sebagai kepala staf militer Hamas yang merancang berbagai operasi serangan terhadap Israel. Jaabarilah yang bertanggung jawab atas penahanan serdadu Israel, Gilad Shalit, selama hampir enam tahun di Jalur Gaza.
Jaabari pula yang merancang berhasilnya transaksi barter antara Shalit dan 1.000 tawanan Palestina di penjara Israel.
Israel sebaliknya mengklaim telah menghancurkan sebagian besar basis peluncuran roket jarak jauh milik Hamas dan faksi Palestina lainnya di Jalur Gaza. Israel menegaskan, tujuan serangan militer ke Gaza saat ini untuk melumpuhkan infrastruktur militer faksi-faksi Palestina.
Meski demikian, para analis Israel menyebut serangan militer Israel ke Jalur Gaza saat ini lebih dilatarbelakangi faktor politik menjelang pemilu dini parlemen Israel, 22 Januari nanti.
PM Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Ehud Barak menginginkan serangan militer ke Gaza saat ini dapat mendongkrak popularitas mereka dalam menghadapi lawan-lawan politiknya. Para politisi Israel selama ini memiliki tradisi selalu menggunakan darah Palestina untuk tujuan politik tertentu mereka.
Eskalasi serangan militer Israel itu langsung mendapat reaksi keras dari negara tetangga. Presiden Mesir Muhammad Mursi langsung menarik duta besar Mesir di Israel, sebagai protes atas serangan Israel itu. Dubes Israel di Mesir juga telah meninggalkan Kairo menuju Tel Aviv.
Mursi meminta Liga Arab dan Dewan Keamanan PBB segera menggelar sidang darurat membahas eskalasi serangan Israel. Liga Arab dijadwalkan menggelar sidang darurat, Sabtu besok.
Menteri Luar Negeri Mesir Mohamed Kamel Amr juga menelepon Menlu AS Hillary Clinton, mendesak AS turun tangan menekan Israel menghentikan serangan ke Gaza.
Presiden AS Barack Obama langsung menelepon Mursi dan Netanyahu agar ikut membantu meredakan situasi di Jalur Gaza.
Mesir menginstruksikan anggota militer dan aparat keamanan Mesir di Semenanjung Sinai meningkatkan kesiagaan untuk mengantisipasi kemungkinan eskalasi ketegangan militer di Jalur Gaza merembes ke Sinai.