Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas PA: Jangan Sembarangan Unggah Foto Anak

Kompas.com - 24/11/2012, 02:07 WIB
Lariza Oky Adisty

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menyatakan bahwa kasus penculikan yang terjadi pada bayi pasangan Jaja Nurdiansyah dan Syfah Masyatul Khoirot bukanlah kasus yang pertama kali terjadi. Menurut pria berambut panjang ini, kasus bayi hilang kerap terjadi di klinik-klinik bersalin yang pengamanannya lemah.

"Di sana tidak ada CCTV untuk mengawasi," kata Arist di Lembaga Eijkman Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jumat (23/11/12).

Lebih jauh Arist menguraikan, bahwa dari 126 kasus anak hilang yang diterima Komnas Perlindungan Anak, 73 diantaranya terjadi di rumah sakit dan klinik-klinik bersalin. "Sisanya hilang dari rumah, atau sekolah (playgroup/TK/SD)," jelas Arist.

Adapun latar belakang penculikan tersebut bermacam-macam. "Untuk korban yang masih bayi berusia di bawah 5 hari biasanya berlatar belakang eksploitasi ekonomi, atau untuk dijual," jelas Arist.

Namun, ada juga kasus yang berlatarbelakang meminta uang tebusan, seperti yang kerap terjadi pada kasus penculikan pada anak berusia 2-3 tahun. "Pelakunya hampir selalu pihak yang dikenal, atau pernah bertemu korban," Arist menandaskan.

Arist juga menganjurkan pada orangtua untuk berhati-hati dengan penggunaan media sosial. "Para orangtua kerap menyebarkan foto anaknya yang baru lahir di jejaring sosial, terkadang lengkap dengan info panjang dan berat badannya, ciri-cirinya. Hal demikian bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin berbuat jahat," kata Arist.

Arist mengingatkan kaum ibu yang hendak melahirkan agar menyadari haknya sebagai konsumen di rumah sakit. "Antara pasien dan rumah sakit harus ada tawar-menawar terhadap hak pasien. Selain itu suami juga sebaiknya selalu mendampingi," Arist menguraikan.

Hal ini penting untuk mencegah adanya kelalaian. "Kadang, hanya karena lalai, penculikan bisa terjadi di rumah sakit. Ketika diminta pertanggungjawaban, tidak bisa," kata Arist lagi seraya merujuk pada kasus Jaja-Syfah.

Pasangan Jaja dan Syfah kehilangan bayi mereka tanggal 15 September 2012 saat mereka hendak pulang dari RS Siti Zahroh, Bekasi. Diduga bayi mereka diculik oleh anggota sindikat penculik anak yang menyamar menjadi staf di rumah sakit tersebut.

Namun pada awal Oktober, seorang bayi ditemukan tak jauh dari Mapolrestro Bekasi. Pasangan ini merasa bahwa bayi tersebut adalah bayi mereka yang hilang, namun dalam tes DNA yang dilakukan sebanyak dua kali, bayi tersebut dinyatakan tidak memiliki kesesuaian DNA dengan Syfah dan Jaja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com