Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Kembali Tolak Tuduhan

Kompas.com - 21/02/2013, 02:30 WIB

BEIJING, RABU - Media massa dan para pakar China mendukung sikap pemerintah mereka yang menolak keras tuduhan Amerika Serikat bahwa angkatan bersenjata China mendalangi aksi peretasan atas 141 perusahaan Barat dalam tujuh tahun terakhir. Mereka balik menuduh ada motivasi tertentu di balik semua tuduhan AS itu.

Pembelaan itu muncul menyusul pengungkapan hasil penelusuran sebuah perusahaan keamanan internet AS, Mandiant. Perusahaan itu disewa surat kabar The New York Times yang pernah menjadi korban peretasan.

Dalam laporan tertulis setebal 74 halaman, Mandiant menyebut rinci sejumlah operasi peretasan berskala besar dari ”Negeri Tirai Bambu” itu.

Mandiant berhasil menelusuri asal serangan peretasan hingga ke sebuah gedung 12 lantai di Shanghai, yang belakangan disinyalir sebagai markas Unit 61398, kesatuan khusus mata-mata siber Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.

”Kami punya banyak alasan mempertanyakan niat sesungguhnya AS dan para sekutu utamanya, secara berulang-ulang, menuduh China melakukan ancaman peretasan,” ujar Direktur Institut Riset Informasi Akademi Ilmu Sosial China Zhang Shuhua.

Seperti dikutip harian Global Times, Zhang juga menyebut Pemerintah AS terlalu melebih-lebihkan isu serangan peretas China tersebut demi mendapat alokasi anggaran lebih besar dari Kongres AS.

Dalam editorialnya, Global Times juga meminta Pemerintah China membantah dengan tegas tuduhan Mandiant dengan menggunakan laporan otoritatif dari sektor teknologinya.

Pemerintah China juga didesak menggalang semua institusi dan individu di China, yang pernah diretas atau diserang oleh pelaku-pelaku beralamat IP di AS, untuk bersama-sama menceritakan apa yang mereka alami.

Sementara itu, seperti diwartakan China Daily, profesor School of Software and Microelectronics di Universitas Peking, Wen Weiping, menyebut serangan siber terhadap China justru semakin meningkat pesat.

Siap membalas

Sementara itu, pemerintahan Presiden Barack Obama saat ini tengah menimbang-nimbang kemungkinan adanya aturan khusus, yang bakal menjatuhkan sanksi denda ataupun sanksi dagang terhadap negara pelaku serangan siber.

Hal itu dilakukan dalam menghadapi ancaman serangan serupa, baik dari China maupun negara lain. Menurut sejumlah pejabat yang paham dengan rencana itu, pihak Gedung Putih mulai Rabu (20/2) akan mengeluarkan sejumlah laporan berisi langkah-langkah yang akan jauh lebih maju dan agresif dalam menghadapi persoalan tadi.

Sejumlah pakar militer di AS juga meyakini, Unit 61398 langsung berada di bawah perintah panglima gabungan angkatan bersenjata China.

Selain itu, diyakini pula bahwa praktik-praktik serangan siber yang dilakukan selama ini telah disetujui lebih dulu oleh pejabat tingkat tertinggi di militer China.

Pengungkapan hasil temuan Mandiant ke publik di sisi lain diyakini juga telah menciptakan tekanan tersendiri pada Pemerintah AS agar segera bisa mengambil langkah konkret.

Sebuah reaksi dan tindakan tegas dinilai harus bisa segera diambil oleh Pemerintah AS, apalagi mengingat aktivitas peretasan dan mata-mata siber diketahui telah berlangsung begitu lama.(BBC/AFP/AP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com