Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
JELAJAH KULINER

Jejak Kisah di Sepiring Makanan

Kompas.com - 27/03/2013, 01:49 WIB

Semua itu menghasilkan peleburan total sehingga kebudayaan India, termasuk tradisi kulinernya, tertanam di Semenanjung Melayu dan juga di Pulau Sumatera, termasuk Aceh. Dari situ, antara lain, lahir kari dalam bentuk dan citarasa baru yang berbeda dengan kari di negeri asalnya.

Imperialisme

Karena letak Nusantara berada di jalur perdagangan dunia, khazanah kuliner Nusantara juga dipengaruhi kebudayaan asing seperti China, Arab, dan belakangan Eropa. Selain perdagangan, penjajahan juga merembeskan banyak pengaruh pada khazanah kuliner dunia. Felipe Fernandez-Armesto dalam History of Food bahkan berani mengatakan, ”Tidak ada sumber lain yang bisa memengaruhi makanan lebih kuat daripada imperialisme.”

Imperialisme telah mendorong orang-orang Barat untuk datang ke negeri-negeri yang menjadi sumber komoditas penting, termasuk rempah di Nusantara. Imperialisme juga mendorong migrasi manusia lewat perbudakan dan perburuhan. Dari situlah tradisi kuliner menyebar dari satu tempat ke tempat lain.

Namun, proses di atas tidak selalu satu arah. Penjajah tidak hanya memengaruhi khazanah kuliner di negeri jajahannya, tetapi juga sebaliknya. Rempah-rempah yang dibawa para penjajah dari daerah jajahan di Timur memberikan rasa tajam sekaligus aroma harum pada kuliner mereka yang hambar. Bahkan, Belanda mengadopsi secara utuh beberapa kuliner Nusantara dan menamainya dengan rijsttafel.

Selain pengaruh dari luar, tentu saja khazanah kuliner juga dipengaruhi kondisi lokal, mulai dari lingkungan, sistem kepercayaan, budaya, ekonomi, hingga politik. Penny van Esterik dalam Food Culture in Southeast Asia menjelaskan berbagai kontras yang membentuk masyarakat Asia Tenggara, termasuk Indonesia, yakni pesisir-pedalaman, dataran tinggi-dataran rendah, makan nasi-makan umbi, sawah-ladang, dan istana-desa. Kontras-kontras itu membentuk budaya makan yang berbeda.

Hal itu sekaligus juga menegaskan bahwa makanan adalah produk kebudayaan. Makanan dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan sebab makanan berjalan seiring-sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia mulai zaman ketika manusia belum mengenal api hingga ketika manusia gandrung memasak dengan teknik molekuler seperti sekarang.

Jelajah kuliner

Begitulah, membicarakan kuliner tidak bisa berhenti pada apa yang terhidang di atas meja makan semata. Kita harus membicarakan pula kebudayaan tempat makanan itu muncul dan tersebar. Lewat Jejak Kuliner Nusantara (JKN) 2013—sebuah liputan ekstensif yang digelar Kompas—kami mencoba menggali narasi kuliner Nusantara.

Liputan akan dilakukan setidaknya di 15 provinsi selama tahun 2013. Laporan JKN akan dimuat dalam versi berbeda di Kompas Multimedia, Kompas.com, dan Kompas TV.

Lewat liputan ini, kekayaan kuliner Nusantara akan diposisikan sebagai ”buku besar”. Jejak peristiwa yang dialami Nusantara dan memengaruhi khazanah kulinernya bisa kita baca.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com