Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BOM BOSTON

Obama Sebut sebagai Aksi Terorisme Pengecut

Kompas.com - 17/04/2013, 03:20 WIB

Ledakan itu terjadi di sisi kiri jalan menuju finis sekitar pukul 14.50 waktu setempat, atau Selasa dini hari WIB, dua jam setelah Lelisa Desisa (Etiopia) dan Rita Jeptoo (Kenya) finis sebagai pelari putra dan putri tercepat.

Kondisi baik

Lokasi kedua ledakan terpisah 90 meter dan berselisih waktu 23 detik. Ledakan menimbulkan asap tebal membubung tinggi, membuat penonton yang berkumpul di belakang deretan bendera negara peserta dekat garis finis berhamburan.

Ratusan korban berjatuhan dengan luka akibat pecahan bom, tulang yang patah, atau gendang telinga yang rusak. Petugas medis yang sebelumnya merawat peserta lomba beralih menolong korban ledakan.

Direktur Utama Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Jerry Ng, yang menjadi salah satu peserta dalam misi sosial untuk menggalang dana bagi remaja yang tidak mampu, mengatakan, dia bersama pelari lain dihentikan sekitar 1 kilometer sebelum finis.

”Panitia menginformasikan terjadi insiden di garis finis. Saat ini saya dalam kondisi baik. Terima kasih banyak atas atensi dan perhatian dari rekan-rekan di Indonesia,” tutur Jerry.

Insiden ini mengundang kecaman keras dunia internasional. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebutkan ini sebagai aksi barbar. Paus Fransiskus berdoa bagi rakyat Boston agar bersatu, saling membantu, dan melawan kejahatan dengan kebaikan.

Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Perancis Francois Hollande, dan Perdana Menteri Italia Mario Monti menyampaikan solidaritas mereka kepada para korban, dan menyatakan tindakan ini sebagai aksi pengecut yang menyerang penonton ajang olahraga yang damai.

Presiden Afganistan Hamid Karzai, yang negerinya berulang kali dihantam insiden serupa, menyampaikan simpati atas derita yang dialami korban dan keluarga mereka.

Bom Boston juga membangkitkan kekhawatiran investor di pasar finansial. ”Insiden ini menambah ketidaktenangan investor,” ujar Neil MacKinnon dari VTB Capital.(IDR/DEN/AFP/AP/REUTers/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com