"Situs e-commerce tradisional terlihat seperti rak-rak barang saja untuk kebanyakan konsumen. Dingin. Dalam live streaming, ada koneksi emosional antara host dan penonton, dan mereka bisa menjelaskan produknya dengan lebih baik," ujar Huang.
Xiaoice pun mengejar pengembangan AI yang bisa semirip mungkin dengan manusia, terutama yang bisa menunjukkan emosi. Demikian juga dengan Silcon Intelligence yang ingin menerapkan "kecerdasan emosional" di avatar AI.
Baca juga: Meta Latih AI Pakai Posting Pengguna Facebook dan Instagram
"Misalnya, kalau ada komentar negatif, dia (avatar AI) akan sedih. Kalau produknya laku, dia akan gembira," ujar CEO Silicon Intelligence Sima Huapeng. Perusahaan ini juga sedang mencoba agar avatar AI bisa saling berinteraksi dan belajar dari sesamanya.
Selain aspek emosi, untuk sekarang avatar AI masih memiliki keterbatasan lain. Meskipun dapat memegang-megang dan mendemonstrasikan produk di depan kamera, misalnya, avatar AI masih belum bisa melakukan satu hal yang sederhana, yakni duduk di sofa atau berbaring di kasur.
Keterbatasan itu menjadi ganjalan buat brand produk furniture, namun, tidak menutup kemungkinan bisa segera diatasi di masa mendatang mengingat perkembangan teknologinya yang pesat.
Kecanggihan avatar AI perlahan tapi pasti mulai menggeser streamer manusia sungguhan, dan ini sudah mulai terjadi. Mendapatkan pekerjaan sebagai host live commerce di China belakangan menjadi semakin sulit, selain gajinya berkurang.
Menurut firma riset iiMedia Research, angka rata-rata gaji host live streaming di China pada 2023 mengalami penurunan 20 persen dibandingkan tahun lalu.
Chen Dan, CEO Quantum Planet AI, perusahaan yang memaketkan teknologi avatar AI seperti milik Xiaoice dan Silicon Intelligence untuk klien korporat mengatakan, platform live commerce banyak melirik avatar AI karena bisa menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi.
Dibandingkan host live streamer sungguhan, avatar AI bisa bekerja lebih lama, kalau perlu sampai 24 jam sehari, tanpa kelihatan lelah sedikitpun. Ongkosnya pun lebih rendah dibanding manusia sungguhan yang juga memerlukan biaya pemondokan atau akomodasi.
"Seandainya perusahaan merekrut 10 host live stream, skill mereka akan berbeda-beda. Mungkin dua atau tiga teratas akan berkontribusi 70-80 persen dari total penjualan," ujar Chen.
Baca juga: Google Asisten Bertenaga AI Bard Dikenalkan, Jadi Lebih Pintar
"Host virtual (avatar AI) bisa menggantikan sisanya, sebanyak enam atau tujuh streamer yang kontribusinya kurang," lanjutnya. "Ongkos pun akan menurun dengan signifikan."
Huang Wei dari Xiaoice mengatakan, avatar AI mungkin tidak bisa menggantikan influencer e-commerce papan atas yang sudah sangat beken di China, tapi sudah cukup bagus untuk menggeser influencer menengah.
Apalagi, avatar AI sudah terbukti mampu menjual produk. Salah satu streamer virtual buatan Xiaoice, misalnya, disebut mampu mencatat penjualan senilai 10.000 yuan atau sekitar Rp 21,5 juta hanya dalam waktu 1 jam.
Perusahaan-perusahaan teknologi pun ikut terjun ke ranah ini. Selain startup seperti Silicon Intelligence dan Xiaoice, raksasa macam Alibaba, Tencent, Baidu, dan JD juga telah meluncurkan layanan AI generation untuk membikin avatar host live streaming tahun ini.
Brand yang berjualan di sejumlah platform e-commerce tersebut bisa memanfaatkan layanan generative AI dalam membuat avatar live streaming untuk mempromosikan dagangannya.