Popularitas live streaming dengan avatar AI ikut menarik perhatian Duoyin, versi lokal China dari TikTok yang juga diperasikan oleh ByteDance. Namun, pendekatannya lebih kepada aspek transparansi agar tak mengecoh penonton.
Pada Mei lalu, Duoyin mengatakan video hasil rekaan AI mesti diberi label watermark khusus, lalu influencer virtual harus dikendalikan oleh operator manusia. Duoyin melarang penggunaan video hasil rekaman untuk dipakai sebagai live streaming.
Baca juga: Kreator TikTok Wajib Beri Label untuk Konten AI
Sementara itu, live streaming dengan avatar AI tidak direkam sebelumnya, tapi hanya sedikit melibatkan input manusia sehingga mengaburkan batasan peraturan di platform video tersebut.
Pemerintah China dalam beberapa tahun terakhir telah membuat serangkaian regulasi untuk generative AI yang berlaku untuk livestreaming di e-commerce. Namun, efek dari peraturan ini masih belum terlihat karena teknologinya juga masih terhitung sangat baru.
Baca juga: Urgensi UU AI bagi Indonesia dan Pasal-pasal yang Perlu Diatur
Satu hal yang pasti, tren avatar AI akan makin meningkat dan jumlahnya bakal bertambah banyak. Berdasarkan laporan Sixth Tone pada Agustus lalu, misalnya, Silicon Intelligence mengklaim telah membuat 1,5 juta avatar AI untuk 40.000 operator live streaming.
Xiaoice, yang sejauh ini sudah membikin 400.000 streamer virtual, tak kalah ambisius. Perusahaan startup tersebut bercita-cita membuat 100 juta avatar AI pada 2025.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.