Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Perang Media

Waspadai Twitter!

Kompas.com - 26/11/2010, 09:24 WIB

KOMPAS.com — Tidak disangka-sangka, kehadiran microblogging Twitter (twitter.com) yang setiap pesannya terbatas 140 karakter menjadi momok yang menakutkan bagi industri media arus utama (mainstream), baik media cetak, elektronik, maupun online. Mengapa menakutkan?

Alan Rusbridger, kolumnis teknologi Guardian.co.uk, pada 19 November merilis sebuah artikel mengenai 15 alasan mengapa Twitter bisa menjadi masalah bagi organisasi media. Opininya itu tidak dimaksudkan untuk menakut-nakuti pemilik dan pegiat media, tetapi lebih sekadar peringatan semata. Rusbridger justru menyarankan pemilik media berdamai dan tidak harus malu mengadopsi kelebihan Twitter dalam mendistribusikan kontennya.

Bagi warga dunia maya (netizen), Twitter yang mulai online sejak 15 Juli 2006 adalah sebuah keniscayaan. Dengan tekanan waktu dan kesibukan, warga di dunia maya ini tidak lagi ngeblog dengan membuat posting yang panjang lebar. Cukup berkicau seperti burung tentang apa yang terjadi dan menginformasikan peristiwa yang menimpanya atau orang lain, pesan sudah sampai secara berantai.

Twitter yang dikembangkan Jack Dorsey adalah pesan singkat (SMS) virtual yang bekerja di internet. Twitter tidak lebih dari SMS internet. Sebagaimana sebuah pesan singkat, ia dibatasi hanya 140 karakter. Lantas pesan (tweet) apa yang bisa disampaikan para tweep (penyampai tweet) lewat batasan 140 karakter? Bagaimana mungkin industri media bisa terganggu oleh pesan 140 karakter itu?

Sebelum menjawab serenceng pertanyaan ini, baiknya simak terlebih dahulu 15 pikiran Rusbridger mengapa media arus utama perlu mewaspadai Twitter:

1) Distribusi yang mengagumkan. Benar, pesan hanya dibatasi 140 karakter, tetapi di dalamnya tersimpan tautan yang mengantarkan siapa pun ke sebuah situs yang alamat domainnya sudah dipendekkan. Lewat pesan viral-nya, pesan bisa tersebar. Tidak heran setiap situs yang sadar media sosial melengkapi fiturnya dengan ”share on Twitter”.

2) Menempatkan peristiwa lebih dahulu. Meski tidak selalu, banyak berita pertama muncul di Twitter sebelum jurnalis menuliskannya. Bahkan, breaking news bisa langsung diperoleh di Twitter.

3) Sebagai mesin pencari. Twitter adalah saingan Google. Pengguna Twitter yang jumlahnya mendekati angka 200 juta tidak lagi mencari informasi dari Google, tetapi langsung memperolehnya dari jutaan tweet yang mengalir setiap saat.

4) Agregat yang tangguh. Twitter adalah feed berita pribadi sesuai keinginan penggunanya. Tautan tempat berita itu tersimpan bisa langsung dibuka.

5) Bentuk pemasaran yang fantastis. Posting-an yang ditulis di web akan lebih cepat tersebar jika di-share di Twitter karena viral message yang memungkinkan sebuah pesan terus bergulir.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com