Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnhu Priambadasidi
Pegawai Perbankan

Praktisi perbankan dan pemerhati digital transformation

kolom

Starlink Masuk Indonesia, Melihat Peta Persaingan Penyedia Layanan Internet

Kompas.com - 14/06/2024, 11:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

STARLINK, layanan internet berbasis satelit orbit rendah milik Elon Musk baru saja diresmikan di Indonesia. Masuknya Starlink ke Indonesia, menandai internet satelit ini sudah beroperasi di 77 negara.

Starlink beroperasi pertama kali di Amerika Serikat (AS) pada 2020. Khusus pada tahun ini, Starlink berhasil menembus market enam negara, yakni Mongolia, Argentina, Albania, Mikronesia, dan yang terbaru pada Mei ini resmi meluncur di Uruguay dan Indonesia.

Indonesia, dengan lebih dari 270 juta penduduk tersebar di lebih dari 17.000 pulau, menghadapi tantangan unik dalam menyediakan akses internet yang merata dan berkualitas.

Interet Service Provider (ISP) di Indonesia telah berupaya mengatasi tantangan ini melalui berbagai teknologi, mulai dari serat optik hingga jaringan nirkabel.

Namun, masuknya Starlink, layanan internet satelit dari SpaceX, dapat mengubah lanskap kompetisi secara signifikan.

Alih-alih menggunakan teknologi kabel, seperti serat optik untuk mengirimkan data internet, sistem satelit menggunakan sinyal radio melalui ruang hampa.

Setiap satelit di konstelasi Starlink memiliki berat sekitar 259 kg dan memiliki badan datar. Saat diluncurkan, satu roket SpaceX Falcon 9 dapat mengangkut hingga 60 satelit.

Starlink memang bukan satu-satunya pemain internet satelit. Ada beberapa pesaing seperti OneWeb, HughesNet, Viasat, dan Amazon. Namun dari semua provider itu, Starlink yang agresif melakukan ekspansi ke sejumlah negara potensial.

Berdasarkan pemantauan kami, terdapat kunci utama Starlink dalam melihat potensi pasar, yaitu luas negara, jumlah pengguna internet, dan kapasitas bandiwicth internet negara yang dituju.

Ada sejumlah keunggulan Starlink dalam penyedia internet satelit di dunia. Dibandingkan beberapa satelit besar, Starlink menggunakan ribuan satelit kecil. Satelit LEO digunakan oleh Starlink untuk mengelilingi Bumi pada ketinggian 482 km di atas permukaan.

Orbit geostasioner yang diperpendek ini memiliki kemampuan untuk meningkatkan kecepatan internet dan mengurangi latensi.

Untuk mengurangi ketergantungan pada beberapa stasiun di Bumi, elemen komunikasi laser digunakan oleh satelit Starlink terbaru untuk mengirimkan sinyal antar-satelit.

Tujuan SpaceX adalah meluncurkan sebanyak 40.000 satelit dalam waktu dekat. Ini akan mengurangi pemadaman layanan dan mempertahankan jangkauan satelit global dan jarak jauh.

Bagaimana dengan kondisi Starlink di Indonesia?

Untuk pasar Indonesia, Starlink seperti halnya layanan kabel fiber optik ke rumah (fixed broadband) atau melalui frekuensi radio ke HP (seluler), juga tersambung ke jaringan internet lewat pintu gerbang atau gateway yang dipantau dan dikendalikan oleh NOC (network operation center).

Fungsi gateway adalah menghubungkan antara sebuah jaringan dengan jaringan lain yang memiliki sistem aturan, yang dikenal dengan protocol.

Karena internet adalah jejaring berbagai sistem informasi, internet gateway dibutuhkan untuk "penunjuk arah" dari jaringan milik penyedia layanan internet (ISP) ke jaringan internet global.

Jika internet di akses lewat internet gateway di Indonesia, IP pengguna internet akan menunjukkan "lokasi asal" di Indonesia. Semua trafik di jaringan ISP ini dipantau lewat NOC.

Saat ini, Starlink bekerja sama dengan Telkomsat untuk memanfaatkan internet gateway milik PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

Artinya, meskipun Starlink menggunakan satelit yang berlokasi di luar angkasa, "jaringan internet" yang disediakan Starlink tetap punya tanda lokasi Indonesia.

Namun seperti yang telah disebutkan di atas, layanan Starlink memiliki ketergantungan yang rendah dengan gateway internet di lokasi tempat mereka beroperasi karena ribuan satelit Starlink bisa mengirim data satu sama lainnya.

Fitur ini berarti ada kemungkinan trafik internet dari Indonesia "disalurkan" atau "dibocorkan" melalui satelit-satelit lainnya tanpa terpantau di dalam negeri.

Oleh karena itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi berkali-kali menekankan Starlink harus menempatkan NOC mereka di Indonesia.

Jika ada NOC Starlink di Indonesia, maka pemerintah dan otoritas keamanan bisa memantau jaringan Starlink untuk menghindari potensi pelanggaran hukum.

Sebelum kehadiran Starlink, pasar ISP di Indonesia didominasi oleh beberapa pemain besar seperti Telkom Indonesia dengan layanan IndiHome, XL Axiata, dan Biznet. Mereka menyediakan layanan internet melalui serat optik, DSL, dan koneksi nirkabel.

Meskipun layanan ini cukup andal di perkotaan, banyak wilayah pedesaan dan terpencil yang masih menghadapi keterbatasan akses internet karena tantangan geografis dan infrastruktur.

Sementara itu, Starlink menawarkan layanan internet berbasis satelit yang menjanjikan kecepatan tinggi dan latensi rendah dengan cakupan global.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com