Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Konten FYP TikTok Tak Cuma Andalkan Algoritma, Ada Fitur Rahasia yang Dikendalikan Karyawan

KOMPAS.com - Setiap media sosial termasuk TikTok dan Instagram, memiliki algoritma tersendiri untuk memprediksi konten yang sesuai dengan minat pengguna. Oleh karena itu, halaman atau tab "For Your Page" (FYP) di TikTok atau Explore Instagram setiap pengguna memuat konten yang berbeda-beda.

Umumnya, perusahaan merahasiakan bagaimana sebenarnya cara kerja algoritma di aplikasi mereka. Hal ini juga berlaku bagi TikTok yang algoritma FYP-nya tidak dipublikasikan secara terang-terangan.

Namun, sejumlah karyawan aktif dan mantan karyawan TikTok serta sebuah dokumen internal perusahaan yang diperoleh Forbes akhirnya mengungkap cara kerja bagaimana sebuah video bisa masuk FYP dan viral di TikTok.

Rupanya, konten FYP tak sepenuhnya mengandalkan algoritma, melainkan ada campur tangan manusia.

Menurut enam karyawan dan mantan karyawan aplikasi video singkat itu, TikTok memang memakai algoritma untuk menentukan konten yang viral. Namun selain algoritma, karyawan TikTok juga berperan menentukan konten viral.

Hal ini agak berbeda dengan penjelasan TikTok yang dipublikasikan di laman resminya.
Mereka menerangkan bahwa cara kerja FYP, diserahkan pada mekanisme algoritma TikTok yang hanya mengacu pada tiga kategori utama, yakni interaksi yang dilakukan pengguna, informasi video, serta pengaturan akun.

Fitur "heating" untuk dorong video masuk FYP

Dalam praktinya karyawan TikTok bisa memilih video tertentu, kemudian meningkatkan atau memperluas penyebarannya di aplikasi. Di lingkup internal TikTok, praktik ini dikenal dengan istilah "heating" atau "pemanasan".

Menurut dokumen TikTok berjudul "MINT Heating Playbook", fitur heating mengacu pada aktivitas untuk mendorong sebuah video agar masuk tab For Your Page dengan cara operasi intervensi atau campur tangan manual agar mencapai jumlah tayang tertentu.

"Jumlah tayang video yang 'dipanaskan' berkontribusi pada sebagian besar dari total tayangan video harian, sekitar 1-2 persen yang berdampak signifikan pada keseluruhan metrik inti," demikian keterangan dalam dokumen itu.

Berbeda dengan kebanyakan perusahaan teknologi lainnya yang secara terang-terangan menandai konten yang direkomendasikan atau dipromosikan, TikTok belum pernah mengungkapkan bahwa pihaknya terlibat dalam mempromosikan konten non-iklan atau konten viral.

TikTok juga tidak membubuhkan label "promosi" pada konten terkait, sehingga pengguna mungkin tidak menyadari konten yang muncul di FYP-nya sebenarnya dipromosikan TikTok menggunakan fitur heating.

Menurut sumber yang dikutip Forbes, TikTok cukup sering memakai fitur heating untuk merayu influencer dan brand agar mau berkerja sama dengan perusahaan. Jadi, TikTok merayu influencer dan brand dengan iming-iming jumlah tayang video mereka meningkat.

Sederhananya, mereka yang bekerja sama dengan TikTok memiliki peluang untuk lebih viral dibanding influencer atau brand lainnya yang tidak bekerja sama dengan perusahaan.

Fitur heating juga terkadang dipakai untuk menjejalkan konten ke FYP pengguna, agar jumlah penayangannya lebih tinggi, bukan karena alasan pengguna memiliki minat pada video terkait.

Karyawan TikTok bisa "atur" konten viral

Fitur heating terkadang juga disalahgunakan oleh karyawan TikTok untuk membuat video miliknya viral. Salah satu sumber yang dikutip Forbes berkata, karyawan memakai fitur heating untuk akunnya sendiri atau akun pasangannya. Dengan cara ini, mereka bisa mendapat jumlah tayangan sampai tiga juta kali.

Sejatinya, karyawan TikTok memang diberikan wewenang untuk menentukan konten mana yang bisa dipromosikan melalui fitur heating. Namun, praktik di atas melanggar kebijakan perusahaan.

Menurut dokumen berjudul "TikTok Heating Policy" karyawan TikTok bisa memakai fitur heating untuk konten yang memiliki pengaruh besar, mempromosikan konten yang beragam, mendorong info penting serta mempromosikan video yang relevan tetapi terlewat oleh algoritma rekomendasi TikTok.

Namun, terkadang mereka juga dibiarkan menentukan video mana yang masuk dalam kategori itu.

Menanggapi hal ini, juru bicara TikTok, Jamie Favazza mengatakan pihaknya memang mempromosikan sejumlah video untuk menampilkan keragaman konten serta mengenalkan kreator baru ke pengguna TikTok.

Akan tetapi ia menegaskan bahwa hanya beberapa karyawan yang memiliki hak untuk menyetujui konten mana yang layak dipromosikan. Selain itu, persentase konten yang dipromosikan jauh lebih sedikit dibanding video lain yang tayang di FYP pengguna.

"Hanya sedikit staf yang berbasis di AS yang memiliki kemampuan untuk menyetujui konten promosi di AS, dan konten itu mencakup sekitar 0,002 persen dari video di FYP pengguna," kata Favazza, dikutip KompasTekno dari Forbes.

Adapun dokumen soal fitur heating di TikTok dan ByteDance ini ditujukan untuk mengatur penggunaan fitur tersebut oleh tim terkait, termasuk tim yang mengelola konten TikTok yang berbasis di Los Angeles dan China.

Secara umum penjelasan dalam dokumen itu menunjukkan bahwa fitur heating sebenarnya dirancang untuk tujuan yang wajar, yaitu untuk mendiversifikasi konten, dari kategori hiburan ke konten yang lebih menarik dan edukatif.

"Tujuan fitur ini adalah untuk mempromosikan beragam konten, mendorong informasi penting dan mendukung kreator konten," demikian keterangan dalam dokumen "MINT Heating Playbook" TikTok.

"Jika Anda memanfaatkannya dengan baik, fitur heating akan mendorong konten dan menghasilkan pertumbuhan pengguna kelas menengah serta menumbuhkan konten yang lebih beragam," lanjut keterangan itu, dihimpun KompasTekno dari Forbes, Kamis (26/1/2023).

Di sisi lain, tidak diketahui apakah ada rincian yang lebih jelas mengenai batasan-batasan konten yang bisa dipromosikan, seperti bagaimana kriteria konten yang dianggap penting, edukatif, atau memiliki pengaruh besar.

https://tekno.kompas.com/read/2023/01/26/15010047/konten-fyp-tiktok-tak-cuma-andalkan-algoritma-ada-fitur-rahasia-yang

Terkini Lainnya

3 Cara Membaca Pesan WhatsApp Tanpa Ketahuan Pengirimnya, Mudah dan Praktis

3 Cara Membaca Pesan WhatsApp Tanpa Ketahuan Pengirimnya, Mudah dan Praktis

e-Business
Daftar 6 Tim yang Lolos Playoff Mobile Legends MPL S13, Ada RRQ Hoshi dan Evos Glory

Daftar 6 Tim yang Lolos Playoff Mobile Legends MPL S13, Ada RRQ Hoshi dan Evos Glory

Game
Arloji Pintar Huawei Watch Fit 3 Resmi di Indonesia, Harga Rp 2 Juta

Arloji Pintar Huawei Watch Fit 3 Resmi di Indonesia, Harga Rp 2 Juta

Gadget
Infinix GT 20 Pro 5G Meluncur, HP Gaming Harga Rp 4 Jutaan

Infinix GT 20 Pro 5G Meluncur, HP Gaming Harga Rp 4 Jutaan

Gadget
iQoo TWS 1e Resmi di Indonesia, Earbuds Rp 500.000 dengan Fitur ANC

iQoo TWS 1e Resmi di Indonesia, Earbuds Rp 500.000 dengan Fitur ANC

Gadget
Resmi, Tim E-sports Indonesia Aura Gabung dengan Team Liquid

Resmi, Tim E-sports Indonesia Aura Gabung dengan Team Liquid

Game
Laptop Microsoft Surface Pro Meluncur, Diklaim Lebih Jago dari MacBook Air M3

Laptop Microsoft Surface Pro Meluncur, Diklaim Lebih Jago dari MacBook Air M3

Gadget
Menjajal IQoo Z9x 5G, HP Menengah dengan Baterai 6.000 MAh

Menjajal IQoo Z9x 5G, HP Menengah dengan Baterai 6.000 MAh

Gadget
HMD Pulse Plus Business Edition Dirilis, Smartphone Bisnis 'Panjang Umur'

HMD Pulse Plus Business Edition Dirilis, Smartphone Bisnis "Panjang Umur"

Gadget
HP Vivo Y200T dan Y200 GT Meluncur dengan Baterai Jumbo 6.000 mAh

HP Vivo Y200T dan Y200 GT Meluncur dengan Baterai Jumbo 6.000 mAh

Gadget
Smartphone iQoo Z9 dan Z9x Resmi Masuk Indonesia, Harga Mulai Rp 3 Jutaan

Smartphone iQoo Z9 dan Z9x Resmi Masuk Indonesia, Harga Mulai Rp 3 Jutaan

Gadget
iQoo Neo 9S Pro Resmi, HP Android Dimensity 9300 Plus Rp 6 Jutaan

iQoo Neo 9S Pro Resmi, HP Android Dimensity 9300 Plus Rp 6 Jutaan

Gadget
Microsoft Luncurkan Laptop Surface Copilot Plus PC Pertama dengan Chip Snapdragon X Series

Microsoft Luncurkan Laptop Surface Copilot Plus PC Pertama dengan Chip Snapdragon X Series

Gadget
Apple Rilis iOS 17.5.1, Perbaiki Bug Penyebab Foto yang Sudah Dihapus Muncul Lagi

Apple Rilis iOS 17.5.1, Perbaiki Bug Penyebab Foto yang Sudah Dihapus Muncul Lagi

Software
Google, Meta, dan Microsoft Kembangkan 'SLM', Model Bahasa untuk Program AI Lebih Murah

Google, Meta, dan Microsoft Kembangkan "SLM", Model Bahasa untuk Program AI Lebih Murah

Software
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke