Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Mantan Bos Google Menyuarakan Keresahan Terhadap AI

Menurut Schmidt, kecerdasan buatan yang terus mengalami kemajuan dapat membahayakan manusia. AI disebut berisiko dapat melukai manusia jika disalahgunakan.

Hal ini disampaikan oleh Schmidt dalam KTT Dewan CEO (CEO Council Summit) The Wall Street Journal di London, pekan lalu.

CEO Council Summit juga dihadiri oleh sejumlah pembicara seperti CEO Tesla Elon Musk dan gubernur Bank of England Andrew Bailey.

Dalam konferensi itu, Schmidt mengungkapkan bahwa AI nantinya bisa menemukan celah keamanan (vulnerability) zero-day dalam perangkat lunak atau dunia maya. Inilah yang menjadi akar kecemasan Schmidt.

"Dalam waktu dekat, ada skenario di mana sistem (AI) ini bisa menemukan eksploitasi zero-day dalam perangkat lunak atau menemukan jenis biologi yang baru," kata Eric Schmidt yang menjabat sebagai CEO Google sejak 2001 hingga 2011.

"Hari ini, skenario itu masih merupakan fiksi. Tetapi ke depannya AI akan bisa melakukan hal tersebut (menemukan celah)," imbuhnya sebagaimana dikutip KompasTekno dari CNBC, Senin (29/5/2023).

Sekadar informasi, zero-day vulnerability adalah celah keamanan yang sebelumnya tidak diketahui oleh pengembangnya. Celah ini baru ditemukan oleh pengembang setelah software yang bersangkutan dirilis.

Oleh karena itu, Schmidt berpendapat bahwa pemerintah harus mencari cara agar teknologi modern tersebut tidak disalahgunakan oleh orang jahat.

Schmidt sendiri pernah menjadi bagian dari Komisi Keamanan Nasional tentang AI (National Security Commission on AI) di Amerika Serikat.

Komisi ini menerbitkan laporan pada 2021 yang mengingatkan bahwa Negeri Paman Sam itu memang kurang siap untuk menyambut zaman AI.

Sebelumnya, CEO OpenAI sekaligus pencetus ChatGPT, Sam Altman juga pernah menyuarakan kekhawatirannya terkait AI.

Ia mengatakan bahwa masyarakat tidak terlalu jauh dari masa di mana AI berpotensi menjadi tools yang menakutkan. Sebab, teknologi ini bisa disalahgunakan untuk melakukan kampanye disinformasi berskala besar dan serangan siber lainnya.

Dalam kesempatan yang berbeda, CEO Tesla Elon Musk mengatakan bahwa kecerdasan buatan merupakan salah satu risiko terbesar dalam peradaban manusia.

Musk menjelaskan bahwa teknologi ini bisa berbahaya apabila digunakan secara sewenang-wenang tanpa ada regulasi yang mengatur.

CEO Google dan Alphabet, Sundar Pichai berpendapat bahwa keberadaan AI berpotensi menggantikan sejumlah pekerjaan manusia, seperti penulis, akuntan, arsitek, dan bahkan insinyur software itu sendiri.

AI juga membuat skala disinformasi menjadi lebih besar sehingga masyarakat harus bersiap untuk menghadapinya.

Poin yang serupa juga dibahas oleh bapak kecerdasan buatan (The Godfather of AI), Dr. Geoffrey Hinton.

Sosok yang pernah bekerja di Google selama beberapa dekade ini bahkan mengatakan bahwa AI bisa menimbulkan dampak yang lebih parah daripada perubahan iklim.

Sebab, solusi untuk menanggulangi perubahan iklim lebih mudah ketimbang solusi untuk menghentikan ancaman AI.

"Perubahan iklim lebih mudah ditanggulangi karena solusinya simpel, yaitu berhenti membakar karbon. Lama-kelamaan, masalah ini akan selesai," ungkap Hinton.

"Hal ini berbeda dengan kecerdasan buatan. Tidak ada cara yang jelas untuk menanggulangi masalah AI," lanjutnya.

https://tekno.kompas.com/read/2023/05/29/12060097/ketika-mantan-bos-google-menyuarakan-keresahan-terhadap-ai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke