Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hal Pembeda di Headset AR Apple Vision Pro yang Membuat Lebih "Manusiawi"

Apple Vision Pro ini disebut-sebut sebagai headset AR yang lebih "manusiawi" dibandingkan headset AR atau VR (virtual reality) yang sudah ada di pasaran. Salah satunya diungkap oleh jurnalis John Koetsier dari Forbes.

Fitur pertama adalah EyeSight. Apple Vision Pro hadir dengan kacamata (disebut Light Seal) yang transparan. 

Dari sisi pengguna, model headet AR Vision Pro ini lebih "manusiawi" dipakai karena mirip dengan kacamata "reguler" pada umumnya.

Karena dibuat transparan, hal ini memungkinkan keluarga, teman, atau orang lain masih tetap bisa melihat wajah dan mata pengguna, meski pengguna tengah mengenakan Vision Pro.

Hal ini membedakan Apple Vision Pro dengan perangkat headset AR/VR lain yang umumnya memiliki desain bagian depan yang sepenuhnya ditutupi oleh lapisan cangkang perangkat. Sehingga mata pengguna tidak akan terlihat oleh orang lain.

Berdasarkan video demo yang dirilis Apple, pengguna bisa melakukan aktivitas Augmented Reality dalam lingkungan di sekitarnya, sembari bersosialisasi dengan orang lain di dunia nyata.

Nah, misalnya, ketika pengguna memakai Apple Vision Pro di ruang tamu, maka hal yang sama juga akan ditampilkan di kacamata pengguna. Tambahannya, pengguna bakal melihat deretan aplikasi "melayang" di hadapan pengguna.

Jadi, pengguna bisa menggunakan Apple Vision Pro untuk menonton film di layar besar sesuai keinginan pengguna serta mode lingkungan virtual yang di-setting sesuai keinginan pengguna.

Menariknya, Apple juga menggunakan input dan output yang organik dan lebih manusiawi, yakni dengan pandangan, gestur tangan, gestur kepala, hingga perintah suara.

Hal ini dimungkinkan berkat tampilan antarmuka (UI) baru yang bernama visionOS. UI ini menawarkan kemampuan menjelajah konten dan bernavigasi antar aplikasi iOS tanpa menggunakan alat pengendali tambahan, melainkan dengan input organik tadi.

Untuk mendukung fitur ini, kacamata di Apple Vision Pro dibekali dengan 5 buah sensor optik dan 12 kamera yang diletakkan di berbagai sisi perangkat.

Selain mendukung gestur kepala dan gerakan mata, sensor dan kamera ini, berkat bantuan pabrikan lensa Zeiss, juga bisa menyesuaikan plus atau minus mata pengguna secara otomatis. Sehingga, pengguna tak perlu memakai kacamata ketika hendak memakai Apple Vision Pro.

Demonstrasi cara kerja Apple Vision Pro bisa disimak selengkapnya lewat video di bawah ini.

Dari hampir benci, jadi ingin beli

Dalam tulisannya yang dipublikasi baru-baru ini, Koetsier mengaku "sudah sangat siap untuk membenci Apple Vision Pro" ketika perangkat ini diumumkan.

Hal ini berangkat dari pengalaman Koetsier yang memiliki beberapa perangkat AR/VR yang dibeli sebelumnya, mulai dari Oculus Quest (sekarang Meta Quest) hingga PlayStation VR.

Koetsier mengaku perangkat AR/VR yang dibelinya itu kini sudah berdebu karena jarang digunakan. Beberapa perangkat juga membutuhkan setting yang rumit sehingga Koetsier hanya menggunakannya dalam hitungan jari saja.

Namun, Koetsier sudah dibuat terkesan dengan Apple Vision Pro dan segala fitur yang dibawanya. Dari hampir membenci, Koetsier mengaku agak ingin membeli Apple Vision Pro.

Satu-satunya tantangan yang dihadapi pengguna, kata Koetsier, adalah harganya yang mahal, yaitu 3.500 dollar AS atau hampir Rp 52 juta. 

Di Vancouver, Kanada tempat Koetsier tinggal, banderol harga Apple Vision Pro itu bisa digunakan untuk membeli mobil bekas atau membayar sewa tiga bulan, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Forbes, Rabu (7/6/2023).

Jadi, ia yakin, untuk saat ini, Apple Vision Pro bakal menjadi headset AR yang "niche" atau untuk orang-orang tertentu saja.

Namun, Koetsier meramalkan perangkat AR Apple Vision Pro ini bakal lebih umum dalam 2-4 tahun ke depan, saat harganya mulai ramah di kantong pengguna.

https://tekno.kompas.com/read/2023/06/07/12000017/hal-pembeda-di-headset-ar-apple-vision-pro-yang-membuat-lebih-manusiawi-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke