Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jalan Berliku Bisnis Airbnb, Pernah Diabaikan dan Ditolak Massal Investor

Jauh sebelum menjadi perusahaan senilai 83,33 miliar dollar AS (per Juli 2023), atau setara Rp 1,2 kuadriliun (kurs hari ini), Airbnb diketahui berulang kali mengalami kegagalan.

Hal ini bermula pada 2007, ketika kedua pendiri Airbnb, Brian Chesky dan Joe Gebbia bertukar pesan seputar ide bisnis yang dipercaya akan menghasilkan "cuan".

"Kita menawarkan kamar ini kepada desainer yang datang ke kota ini untuk mengikuti konferensi empat hari yang sedang berlangsung. Tempat istirahat ini dilengkapi internet nirkabel, meja kecil, tempat tidur tikar, dan sarapan setiap paginya. Ha!," imbuhnya.

Keduanya pun mencoba untuk menjalankan bisnis yang saat itu dinamakan "Air Bed & Breakfast". Melihat potensi bisnis tersebut, keduanya mengajak teman sekamar lamanya, Nathan Blecharczyk untuk merealisasikan Air Bed & Breakfast.

Setahun kemudian, mereka meluncurkan bisnis tersebut untuk kedua kalinya dan mulai menghubungi investor.

Tujuannya, ketiga rekan bisnis ini ingin mengumpulkan pendanaan sebesar 150.000 dollar AS (kira-kira Rp 2,2 miliar) dengan valuasi 1,5 juta dollar AS (sekitar Rp 21 miliar).

Artinya, dengan 150.000 dollar AS, investor bisa mengakuisisi 10 persen dari bisnis Airbnb. Sebagai perbandingan, investor kini perlu merogoh kocek sebesar 8 miliar dollar AS (sekitar Rp 121,1 triliun) untuk mengakuisisi 10 persen saham dari Airbnb.

Sayangnya, dari 15 investor yang dihubungi, sebanyak delapan di antaranya menolak proposal Chesky dkk, sementara tujuh investor lainnya tidak menghiraukan e-mail proposal.

Penolakan massal oleh investor ini pernah dikisahkan Chesky di situs blog Medium pada 2015 lalu. Kebanyakan investor mengatakan bahwa mereka tidak memiliki minat atau fokus kepada sektor travel.

"(Sektor travel) bukan menjadi fokus kami. Kami berharap yang terbaik untuk Anda," lanjutnya.

Chesky mengatakan bahwa para investor tersebut pastinya merupakan orang-orang yang pintar, mengingat bisnis Airbnb saat itu juga masih kurang menjanjikan.

Apalagi, kebanyakan orang saat itu berpikir bahwa ide bisnis menginap di tempat yang "tidak dikenal" merupakan sesuatu yang "gila".

Setidaknya begitulah menurut editor senior majalah bisnis, Fortune, Leigh Gallagher.

Menurutnya, kebanyakan investor tidak ingin bertemu dengan Chesky dkk. Apabila bertemu pun, mereka akan mengatakan bahwa ide penginapan Chesky sangat gila, dan mungkin saja bisa menjadi tempat pembunuhan akibat faktor keamanan yang masih menjadi tanda tanya.

Namun seperti yang kita ketahui, Airbnb justru mencapai kesuksesan dan masih eksis sampai tahun 2023.

Karena kesuksesan Airbnb ini, Chesky mengatakan bahwa, apabila orag ingin mendirikan bisnis startup, tetapi mengalami banyak penolakan dari investor, ada baiknya mereka mengingat penolakan bertubi-tubi yang dialami Chesky dan rekan bisnisnya.

Titik terang bisnis Airbnb akhirnya muncul sekitar tahun 2008 dan 2009. Saat itu, pendiri Y Combinator, Paul Graham mengajak ketiga pendiri Airbnb untuk bergabung dengan program akselerator startup bergengsi itu.

Chesky, Gebbia, dan Blecharczyk pun menghabiskan tiga bulan pada 2009 untuk menyempurnakan produknya.

Kemudian pada Maret 2009, Air Bed & Breakfast resmi mengubah nama menjadi Airbnb, dan mereka mendapat investasi awal sebesar 600.000 dollar AS (sekitar Rp 9 miliar) dari perusahaan modal ventura, Sequoia Capital.

Seiring berjalannya waktu, Airbnb membangun momentum berkelanjutan. Pada 2011, Airbnb diluncurkan di 89 negara di seluruh dunia dan mencapai jutaan pemesanan.

Beberapa perusahaan modal ventura kemudian mengucurkan 112 juta dollar AS (sekitar Rp 1,6 triliun) untuk bisnis Airbnb. Dengan begitu, nilai perusahaan melampaui 1 miliar dollar AS atau setara Rp 15 triliun.

Jadi, Airbnb bisa dikatakan sebagai perusahaan startup dengan level unicorn di Silicon Valley. Unicorn merupakan istilah yang diberikan kepada startup dengan nilai valuasi sebesar 1 miliar dollar AS.

Meski mengalami berbagai tantangan lanjutan, seperti penolakan berbagai kota besar terhadap Airbnb, atau pendendaan yang dialami pelaku bisnis Airbnb, perusahaan pada akhirnya tetap bertahan hidup dan masih sukses hingga tahun 2023.

Seperti yang sebelumnya disebutkan, Airbnb kini menjadi perusahaan senilai 83,33 miliar dollar AS atau Rp 1,2 kuadriliun.

Perusahaan ini juga mencatat pendapatan sebesar 117 juta dollar AS (sekitar Rp 1,7 triliun) pada kuartal pertama 2023.

Sebagai perbandingan, perusahaan mencatat kerugian bersih sebesar 19 juta dollar AS (kira-kira Rp 287,7 miliar) pada Q1 2022, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari blog resmi Airbnb, Selasa (11/7/2023).

https://tekno.kompas.com/read/2023/07/13/18000007/jalan-berliku-bisnis-airbnb-pernah-diabaikan-dan-ditolak-massal-investor

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke