Pengiriman HP Google Pixel Naik, Setahun Tembus 10 Juta Unit

Bahkan Google disebut mencetak sejarah baru dengan mencatat jumlah pengiriman (shipment) hampir 40 juta unit ponsel Pixel semenjak awal debut 2016 hingga 2023.

Hal itu dilaporkan oleh Wakil Presiden firma riset pasar IDC Francisco Jeronimo.

Dalam sebuah posting di X/Twitter, Jeronimo mengungkapkan bahwa penjualan HP Google Pixel tumbuh dua digit dalam beberapa tahun terakhir. Kini, total penjualan Pixel mencapai sekitar 37,9 juta unit sejak diluncurkan pada tahun 2016.

Misalnya saja Apple, yang diperkirakan mengirimkan lebih dari 224 juta iPhone per tahun. Sementara Samsung diperkirakan mengirimkan sekitar 259 juta ponsel Galaxy pada 2022.

Namun, angka jumlah pengiriman ponsel Pixel itu menunjukkan tren yang terus meningkat selama tujuh tahun terakhir.

Pada 2018, Jeronimo menunjukkan bahwa Google berhasil menggandakan pengiriman Pixel hanya setahun setelah debut, dengan total hanya 4 juta unit. Pada 2019, Google dilaporkan meningkatkan penjualan HP Pixel dengan menjual 7,2 juta unit pada tahun itu saja.

Kemudian tahun lalu, Google dilaporkan berhasil menjual 27,6 juta unit Pixel di segala lini, tepat sebelum peluncuran Pixel 7 series pada September 2022. Pada 2023 ini bertepatan dengan peluncuran Pixel 8 series pada 4 Oktober, Google dilaporkan mengirimkan total 37,9 juta ponsel Pixel.

Artinya, Google berhasil mengirimkan sekitar 10 juta ponsel Pixel selama 12 bulan terakhir. Pencapaian ini melampaui rekor sebelumnya yang sebesar 7,2 juta unit.

Dengan pertumbuhan shipment ini, terlihat bahwa pengguna semakin tertarik dengan ponsel Pixel bikinan Google. Faktanya, Google telah mampu mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasarnya di dua pasar utamanya, yakni di Amerika Serikat dan Jepang.

Di Jepang, Pixel kini menjadi ponsel Android terlaris bahkan mengambil pangsa pasar dari iPhone. Sementara di Amerika Utara, Google menjadi satu-satunya brand smartphone yang tidak mengalami penyusutan pengiriman dari tahun ke tahun.

Keberhasilan Google di AS dan Jepang ini kemungkinan besar disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk fokusnya pada pengalaman perangkat lunak yang bersih, fitur berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan pembaruan yang tepat waktu, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari GizmoChina, Senin (9/10/2023).