Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Survei: Jutaan Gen Z Ingin Orangtua Lacak Lokasi Mereka

Bukannya merasa terganggu dengan aplikasi pelacak, jutaan remaja justru mengaku ingin lokasi mereka dipantau oleh orangtua. Mereka tidak merasa “diawasi” sepanjang hari, tetapi merasa aman.

Bila sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan, anggota keluargalah orang pertama yang mengetahuinya.

Dalam sebuah survei yang dilakukan perusahaan aplikasi pelacak, Life360 berjudul For Gen Z, (Location Sharing is Caring), generasi-Z yang berada di usia 11 tahun hingga 26 tahun mengaku terbiasa berbagi lokasi dengan anggota keluarganya untuk meningkatkan rasa aman.

Survei ini melibatkan setidaknya 1.200 responden dewasa yang berada di wilayah Amerika Serikat (AS). Sebanyak 54 persen mengaku penting bagi orangtua mengonfirmasi ketersediaan anaknya berbagi lokasi sepanjang waktu.

Fokus penelitian ini memang pada penggunaan aplikasi pelacak dari orangtua terhadap anak. Orangtua menjadi pihak yang mengunduh aplikasi pelacak, sedangkan anak yang berbagi lokasi dengan orangtuanya turut memberikan respons yang positif.

Sebanyak 94 persen remaja mengaku ada banyak manfaat yang dirasakan ketika berbagi lokasi ke anggota keluarga. Lebih dari setengah responden merasa aplikasi pelacak lokasi mampu meningkatkan rasa aman ketika berada di luar jangkauan orangtua.

Life360 juga mencatat jumlah download aplikasinya ini sudah meningkat sejak 2021 di AS. Jumlah pengguna aktif bulanannya (Monthly Active Users/MAU) tembus 33 juta di AS dan 20 juta secara global.

Selain Life360, remaja juga disebut berbagi lokasi menggunakan aplikasi FindMy dari Apple, Family Link Google, Snap Map Snapchat, hingga arloji pintar (smartwatch) yang dilengkapi dengan fitur GPS. Tidak diperinci persentase dari penggunaan aplikasi pelacak tersebut.

Artinya, popularitas dari aplikasi pelacak ini mampu memberikan dampak yang positif dari kedua belah pihak, yaitu orangtua dan anak-anak. Generasi-Z mengungkapkan, mereka mengaktifkan fitur “Location” di smartphone sepanjang waktu.

Sebanyak 87 persen responden selalu berbagi lokasi ketika berkendara ke tempat yang jauh; 77 persen ketika pergi ke sebuah acara, konser, atau festival; 78 persen saat pergi pesta atau berkencan; dan 80 persen ketika pergi ke tempat berbahaya.

Bahkan, 72 persen responden perempuan mengaku berbagi lokasi berdampak positif pada kesejahteraan fisik mereka.

Didorong rasa kekhawatiran

Temuan lain juga menemukan sebanyak 94 persen mendapatkan manfaat dengan fitur berbagi lokasi. Kegiatan ini sudah menjadi bagian dalam pertumbuhan mereka sejak usia dini, mulai dari rasa nyaman, aman, dan kebebasan.

“Sebagai generasi digital native yang tumbuh berbagi lokasi bersama anggota keluarganya, generasi-Z secara tidak langsung terbiasa dengan manfaat yang diberikan, ada rasa aman, nyaman, dan bebas, serta menunjukkan bahwa generasi ini menjadi generasi paling banyak berbagi lokasi dengan orangtua, sebanyak 56 persen,” tulis laporan penelitian tersebut.

Dalam wawancara bersama Wall Street Journal, salah seorang remaja berusia 16 tahun mengaku memiliki rasa takut dan kekhawatiran jika pergi ke luar. Makanya, ia ingin orangtuanya mengetahui seluruh kegiatannya di luar rumah.

“Jika sesuatu terjadi padaku, aku pikir itu akan sangat bermanfaat bagi orangtua saya untuk mengetahui titik lokasi terakhir saya,” jelas remaja bernama Emerry Littigs kepada The Wall Street Journal.

Seorang remaja lain yang sudah duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA), Larken Hendricks, juga mengatakan hal serupa. Ia senang mengetahui orangtuanya dapat langsung melacak keberadaannya, jika sesuatu yang tidak baik tengah menimpa dirinya.

Larken punya kebiasaan berbagi lokasi saat dirinya tengah berada di luar kota. Dua saudara laki-lakinya yang berusia lebih kecil masing-masing berusia 9 tahun hingga 12 tahun itu juga sudah mulai menggunakan aplikasi pelacak lokasi.

“Menjadi seorang wanita muda yang berkuliah di luar kota menimbulkan berbagai macam kekhawatiran. Saya selalu memberitahu lokasi saya kepada ibu,” ungkap Larken.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa generasi-Z memiliki tingkat kekhawatiran yang cukup tinggi, terlebih saat berada jauh di luar jangkauan orangtua mereka.

Menurut psikologis dan penulis Dr. Michele Borba, rasa khawatir yang kian meningkat punya peran penting dalam kasus ini. Masa pertumbuhan generasi-Z memunculkan krisis mental sejak kemunculan pandemi Covid-19, kemudahan mengakses media sosial, dan memantau berita di media arus utama selama 24 jam.

Berbagai macam kasus, bencana, penyakit, dan hiruk-pikuk kondisi dunia menimbulkan rasa khawatir yang berdampak pada kesehatan mental. Generasi-Z tumbuh erat dengan teknologi dan gadget di sekitar mereka, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Wall Street Journal, Rabu (25/10/2023).

Ambil contoh. Selama di rumah, kasus Covid-19 membanjiri media sosial dan media arus utama selama 24 jam nonstop. Sebagian besar dari mereka banyak yang terpapar dengan berita-berita serupa hingga menimbulkan rasa takut, butuh keamanan dan kenyamanan dari orang terdekat mereka, yakni orangtua.

“Gejolak masa remaja generasi-Z menimbulkan krisis mental yang diperparah oleh pandemi Covid-19, media sosial dan siklus berita 24 jam,” jelas Michelle.

Maka dari itu, munculah kebiasaan baru, salah satunya berbagi lokasi dengan orangtua mereja. Dengan kebiasaan ini, timbul rasa aman walau jauh dari rumah, jauh dari orangtua atau orang terdekat.

“Selama masa yang tidak pasti, generasi ini telah mendambakan adanya penambahan lapisan keamanan, berbagi lokasi mampu menawarkan hal tersebut. Sebagai aktivis generasi, secara alami mereka mengambil pendekatan proaktif, seperti berbagi lokasi untuk memastikan kesejahteraan rekan-rekan mereka,” tutup Michelle.

Jika Anda tertarik menilik survei Life360 lebih lengkapnya, bisa klik tautan berikut ini.

https://tekno.kompas.com/read/2023/10/25/11000097/survei-jutaan-gen-z-ingin-orangtua-lacak-lokasi-mereka

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke