Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

85 Persen Konten TikTok Diiringi Lagu, Sebagian Pakai Musik Modifikasi

KOMPAS.com - Konten yang seliweran di TikTok sebagian besar diiringi dengan alunan musik. Analisis yang dilakukan Universal Music Group (UMG) juga menunjukkan bahwa konten di TikTok lebih banyak dilengkapi musik ketimbang konten di media sosial lainnya.

Pex, perusahaan yang mengidentifikasi aneka konten menggunakan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI), pun melakukan analisis yang sama di sejumlah media sosial termasuk TikTok, YouTube, Facebook dan Instagram.

Secara umum hasilnya memang menunjukkan bahwa TikTok "penuh dengan musik".

Lebih rinci, Pex menganalisis semua konten publik (bukan privat) di beberapa media sosial hingga 31 Desember 2023.

Di TikTok, Pex menemukan bahwa nyaris 85 persen kontennya memuat musik. Angka ini terus tumbuh setiap tahunnya sejak 2019. Pada 2019, persentase konten yang memuat musik di TikTok adalah 69,13 persen kemudian naik menjadi 80,11 persen pada 2021 dan 84,63 persen pada akhir 2023.

Angka itu terbilang lebih tinggi dibanding media sosial lainnya. Analisis Pex menunjukkan bahwa di YouTube, video yang memuat musik sebesar 84 persen, Instagram 58 persen dan Facebook 49 persen. Namun perusahaan ini tak merinci pertumbuhan masing-masing platform dalam beberapa tahun terakhir, sebagaimana TikTok.

Pex juga menemukan bahwa pada tahun 2023,  sebesar 31 persen atau hampir separuh konten TikTok denan iringan lagu, menggunakan musik yang dimodifikasi. Misalnya dengan mempercepat ritme musik atau memodifikasi nada.

Angka itu juga jauh lebih tinggi dibanding media sosial lainnya. Di Instagram, musik hasil modifikasi yang dipakai untuk konten hanya sebesar 19,81 persen, YouTube 18,52 persen dan Facebook 18,17 persen.

Mengingat musik atau lagu yang dipakai di TikTok, khususnya versi asli (bukan modifikasi), seringkali adalah lagu dengan hak cipta, TikTok harus membayar biaya lisensi agar pengguna bebas memakai musik di platform-nya.

Sayangnya TikTok mengalami kendala memperpanjang perjanjian lisensi dengan salah satu label musik, yaitu UMG. 

Adapun musik yang dimodifikasi, seringkali tidak dilisensikan oleh pembuatnya, jadi dengan mudah dipakai ulang oleh pengguna lain. Praktik ini juga membuat musik asli justru kalah pamor dan memangkas pendapatan yang sedianya diperoleh pemilik hak cipta musik asli, dilansir dari blog resmi Pex, Rabu (14/2/2024).

Lagu populer ditarik dari TikTok

Perusahaan label musik Universal Music Group (UMG) yang menaungi sejumlah musisi termasuk Taylor Swift, Drake, Olivia Rodrigo, menarik katalog musiknya dari media sosial asal China itu pada 2 Februari 2024 lalu.

Sebelumnya, UMG dan TikTok memiliki perjanjian lisensi di mana musik dari artis UMG bisa digunakan di TikTok. Perjanjian lisensi ini telah habis masa berlakunya pada 31 Januari.

Negosiasi antar perusahaan sebenarnya sudah dilakukan untuk memperpanjang perjanjian. Sayangnya, negosiasi baru antara UMG dan TikTok tidak berakhir dengan kata sepakat. Alhasil, Universal Music Group selaku label pun mulai menghapus katalog musik artisnya.

Menurut laporan, faktor gagalnya perpanjangan lisensi UMG untuk TikTok meliputi pembayaran artis, AI generatif, dan keamanan online, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari The Verge.

Akhir Januari lalu, UMG menuduh platform video milik ByteDance tersebut mencoba melakukan intimidasi agar UMG menerima “kesepakatan buruk”.

Menurut Universal Music Group, dalam negosiasi, TikTok tidak menenangkan kekhawatiran pihaknya mengenai kompensasi yang pantas bagi artis dan penulis lagu dan perlindungan terhadap musik yang dihasilkan AI.

TikTok juga dinilai belum bisa mencarikan solusi untuk kekhawatiran UMG soal keamanan online di platform, terutama melindungi artis dari "perkataan kebencian, kefanatikan, intimidasi, dan pelecehan".

Adapun TikTok menanggapinya dengan berkata bahwa ini merupakan suata hal yang "menyedihkan dan mengecewakan" karena UMG telah "memilih untuk meninggalkan dukungan kuat dari TikTok dengan lebih dari satu miliar pengguna". Padahal menurut TikTok, platformnya menjadi sarana promosi dan penemuan gratis bagi artis.

TikTok menuduh label Universal Music Group tersebut egois dan tidak mendahulukan kepentingan artis dan pengguna.

https://tekno.kompas.com/read/2024/02/14/18080047/85-persen-konten-tiktok-diiringi-lagu-sebagian-pakai-musik-modifikasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke