Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persneling Otomatik Tak Perlu Ditakuti

Kompas.com - 25/01/2008, 06:39 WIB

Akhir-akhir ini ada dua mobil terjun dari tempat parkir bertingkat, kebetulan kedua mobil itu berpersneling otomatik. Tidak heran jika kemudian muncul pertanyaan, apakah mengendarai mobil dengan persneling otomatik lebih berbahaya daripada mengemudikan mobil dengan persneling manual?

Sesungguhnya pertanyaan seperti itu tidak perlu muncul, mengingat mengendarai mobil dengan persneling otomatik itu sama tidak berbahaya, atau sama berbahayanya dengan mengendarai mobil dengan persneling manual. Yang menentukan orang yang duduk di belakang setir. Persoalannya hanya soal biasa atau tidak biasa?

Bagi pengendara pemula atau orang yang sama sekali tidak dapat mengendarai mobil, belajar menggunakan mobil dengan persneling otomatik lebih mudah. Mengingat ia hanya perlu meletakkan atau mengistirahatkan kaki kiri di tempat injakan kaki (foot rest), dan menggunakan kaki kanan untuk menginjak pedal gas (akselerator) atau menginjak pedal rem.

Pada mobil dengan persneling otomatik, dalam keadaan idle (pedal gas tidak diinjak) gas sudah cukup besar sehingga apabila tangkai persneling diletakkan di D (drive), mobil sudah akan melaju. Itu sebabnya, sebagai pengaman, mesin tidak dapat dihidupkan jika pedal rem tidak diinjak. Pedal rem harus tetap diinjak setelah mesin hidup. Sebab, jika tidak, tangkai persneling tidak dapat dipindahkan dari huruf P (parking) ke huruf D.

Setelah mobil melaju, konsentrasi pengendara terpusat pada setir dan rem. Ia sama sekali tidak perlu menginjak pedal kopling dan melepaskan injakannya saat menaikkan atau menurunkan gigi persneling seperti orang yang mengendarai mobil dengan persneling manual.

Dengan demikian, pada saat belajar, pemula tidak akan mengalami mesin mati karena injakan di pedal gas terlalu lembut saat injakan di pedal kopling dilepaskan, atau saat melepaskan kopling terlalu cepat, atau saat terlambat menurunkan gigi persneling ketika mobil melaju perlahan. Bahkan, mesin tidak akan mati saat mobil menanjak. Jika terjebak di tengah kemacetan lalu lintas, menggunakan mobil dengan persneling otomatik lebih enak karena kaki kiri tidak perlu menginjak dan melepaskan pedal kopling, yang semakin lama semakin terasa berat.

Sedangkan pengendara yang sudah mahir mengemudikan mobil dengan persneling manual, ketika mengendarai mobil dengan persneling otomatik mungkin sedikit lebih repot. Ia harus membiasakan diri untuk tidak menggunakan atau mengistirahatkan kaki kirinya. Mengingat pada mobil dengan persneling manual, pengendara menggunakan kaki kanan untuk menginjak pedal gas atau pedal rem, sedangkan kaki kiri digunakan untuk menginjak dan melepaskan pedal kopling. Akibatnya, pada tahap awal, tidak jarang pengendara akan menginjak rem dengan kaki kiri.

Sebagai analogi, mengendarai mobil dengan persneling otomatik sama seperti mengendarai skuter otomatik (skutik). Tinggal menarik handel rem dengan tangan kiri dan tekan tombol start untuk menghidupkan mesin. Setelah itu tinggal lepaskan handel rem, putar handel gas dengan tangan kanan, dan skutik melaju. Selama perjalanan, pengguna skutik hanya menggunakan tangan kiri dan tangan kanan. Menarik handel rem belakang dengan tangan kiri dan handel rem depan dengan tangan kanan. Selama perjalanan, pengendara tidak perlu menaikkan atau menurunkan gigi persneling. Kedua kaki praktis menganggur. Perbedaannya dengan mobil dengan persneling otomatik hanyalah skutik tidak memiliki gigi persneling mundur.

Fungsi huruf dan angka

Pada mobil dengan persneling otomatik, untuk maju, pengendara tinggal memindahkan tangkai persneling ke huruf D, mundur huruf R (reverse), netral (N), dan untuk parking (P). Di luar keempat huruf itu ada pula angka 3, 2, 1 atau L, atau hanya 2, 1 atau L (tergantung merek mobilnya). Atau huruf S (Sport) apabila pengendara menginginkan performa sport, di mana putaran mesin per menit menjadi lebih tinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com