Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transfusi Trombosit Bukan Satu-satunya Cara Obati DBD

Kompas.com - 23/04/2009, 14:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Saat seseorang terkena demam berdarah dengue (DBD), sepertinya satu-satunya jalan keluar adalah dengan melakukan transfusi trombosit. Namun, ternyata hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Lagi pula transfusi trombosit juga bukan tanpa risiko.

"Pada tahun 2004, di Bekasi orang berebut trombosit, Palang Merah Bekasi kehabisan trombosit, dari pihak dokter kebanyakan sesegera mungkin memberikan transfer trombosit. Padahal, pendarahan enggak terkait dengan skor trombosit, " terang Hilman Tajudin, Staff Onkologi Medik RS Kanker Darmais, pada simposium PADPI Forum yang bertajuk "Antisipasi Akibat Fatal Demam Berdarah" di Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta, Kamis (23/4).

Menurutnya, transfusi trombosit baru perlu dilakukan jika terjadi pendarahan yang mengancam jiwa. "Kalau trombosit 5.000 dan tidak menjadi pendarahan masif, maka transfer belum diperlukan, tergantung pembekuan darah, jenis kelamin, dan umur juga," ujarnya.

Saat melakukan transfusi trombosit, menurut Hilman, justru risiko terkena penyakit hepatitis, kontaminasi kuman, dan bakteri bisa jadi berlangsung.

"Bahkan ditemukan juga kasus kematian akibat bakteri sepsis. Angka kematian akibat transfusi trombosit 2001 dan 2003 sebanyak 11.173 kasus," ungkap Hilman.

Jika transfusi trombosit berisiko, cara lain yang dapat digunakan adalah menggunakan terapi cairan. Saat seseorang terserang DBD, sesungguhnya ia juga sedang mengalami kebocoran pada plasma tubuh. Dengan demikian, salah satu pengobatan tepat adalah dengan terapi cairan.

dr Leonard Nainggolan, ahli penyakit dalam dari RSCM, menerangkan, cairan yang digunakan adalah russitasi, yang berjenis kristaloid dan koloid. Cairan-cairan tersebut dapat menggantikan kehilangan cairan yang akut.

Leo menambahkan, cairan koloid bisa digunakan untuk menahan pendarahan yang terjadi pada pembuluh darah sehingga tidak merembes keluar. Cairan koloid biasanya terkandung dalam infus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com