Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, Minggu (24/1), cukup banyak bilik ATM di Kota Palembang yang tidak dilengkapi kamera pengintai atau closed circuit television. Petugas keamanan juga hanya berjaga di kompleks ATM yang ada di pusat perbelanjaan. Sementara bilik ATM di pinggir jalan cenderung dibiarkan lengang.
Selain itu, beberapa mesin ATM di sepanjang Jalan Kapten Rivai, Palembang, misalnya, juga dipenuhi tempat brosur atau tempelan iklan usaha. Kondisi mesin ATM yang kurang ”bersih” dan terjaga ini disayangkan masyarakat.
Andi Akbar (28), misalnya, khawatir tempat brosur di dalam ATM ditempeli alat kejahatan, seperti kamera kecil atau perekam data nomor sandi (
Istiqomah (30), ibu rumah tangga, berharap bilik ATM dijaga selama 24 jam. Petugas keamanan juga harus bersikap tegas terhadap nasabah yang terlalu lama berada di dalam ATM.
Warga Kecamatan Ilir Timur II itu mengatakan, seharusnya waktu untuk menarik uang atau bertransaksi di ATM paling lama lima menit. Jika lebih dari itu, petugas keamanan seharusnya menanyakan kepada nasabah.
”Kadang saya suka curiga dengan orang yang lama sekali di dalam ATM. Jangan-jangan orang itu merencanakan sesuatu,” kata Istiqomah yang hampir setiap hari bertransaksi di ATM.
Untuk mencegah aksi pembobolan rekening melalui mesin ATM, sejumlah nasabah mulai rajin mengganti
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Sumsel Komisaris Besar Abdul Ghofur mengimbau masyarakat agar tak perlu panik karena polisi dan pihak pengelola bank telah meningkatkan pengawasan di lokasi ATM.
Pada Jumat dan Sabtu pekan lalu, Polda Sumsel menerima laporan dari tiga warga Palembang yang mengaku rekeningnya dibobol. Total kerugian Rp 66 juta.
Kasus itu, menurut Abdul, masih diselidiki polisi. Hal ini untuk memastikan apakah kasus itu terkait kasus serupa di kota lain. ”Mabes Polri membantu penyelidikan kasus di Palembang karena Mabes Polri yang memiliki peralatan canggih untuk melacak,” kata Abdul.