Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menuju Lokalisasi Industri PC Indonesia

Kompas.com - 30/04/2010, 08:39 WIB

Perlu Dukungan Pemerintah

Suhanda menyebutkan tantangan yang dihadapi, termasuk untuk lokalisasi. “Affordability, alias daya beli masyarakat. “ kata Suhanda tentang kendala pertumbuhan pasar. “Penetrasi akan meningkat jika ada affordability,” jelasnya.

Ia lalu menghimbau pemerintah untuk memberikan dukungan dengan regulasi yang efektif dan kondusif. “Dukungan pemerintah sangat diharapkan agar seluruh transaksi hanya menggunakan mata uang Rupiah, bukan mata uang asing sehingga tingkat pertumbuhan pembelian tidak terganggu oleh fluktuasi mata uang asing,” kata Suhanda. Ia juga berharap pemerintah memberikan dukungan melalui program SNI dan program label bahasa Indonesia yang konsisten.

Peluang Besar

Selain daya beli masyarakat, Mahendra menekankan perlunya konektivitas akses Internet, termasuk Wi-Fi yang gratis di jalan-jalan protokol yang bisa diakses oleh anak-anak sekolah atau mahasiswa. “Konektivitas juga penting untuk (mendukung) penetrasi. Perlu terus sinergi dengan stakeholder dan peran daerah,” kata Mahendra.

Maklum penggunaan dan populasi PC dan Internet di Indonesia baru mencapai 4%, sangat rendah jika dibandingkan jumlah penduduk negara kita yang 230 juta. Juga tertinggal jauh dibandingkan negara-negara tertangga.

Anindya N. Bakrie (Waketum Tetap Telematika KADIN Indonesia) mengamini terbatasnya penetrasi Internet di tanah air. “Di Indonesia kurang dari 10%. Australia 70%, Malaysia dan Cina di bawah 50%, “ kata kakak kandung dari Adrie Bakrie yang menikahi artis Nia Ramadhani itu.

Namun menurut Anindya, justru ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan kinerja untuk menjadi pemain di negara sendiri “Harus wujudkan masyarakat Indonesia berbasis pengetahuan. TI bisa menjadi sarana, enabler untuk pecahkan berbagai masalah di luar negeri maupun dalam negeri. Tidak ada alasan Indonesia tidak bisa memimpin di industri perangkat komputer. Harusnya dengan bantuan pemerintah bisa ciptakan economy of scale yang bisa bersaing. Kita sudah punya industri domestik yang kuat,” urainya. “Sudah waktunya Indonesia memimpin di percaturan dunia,” tegasnya lagi.

“ Komputer Indonesia tidak berkembang tanpa infrastruktur. Tanpa infrastruktur pendukung, penjualan komputer tidak akan maju,”cetus Syahfirie Manaf dari Bank Dunia. Ia merujuk pada prediksi data belanja TI tahun ini yang bernilai total US$ 8,1 miliar, yang naik 7,43% dibandingkaan tahun 2009.

“Pertumbuhan 7,43% kurang bagus untuk industri komputer di Indonesia,” katanya membandingkannya dengan tingkat inflasi 6%. “Harus mendorong pemerintah untuk percaya pada produk-produk Indonesia,” pesannya. Syahfirie tidak menyarankan pengusaha maupun pemerintah daerah untuk mengandalkan pinjaman dari Bank Dunia untuk urusan ICT (information communication technology). Sebab, “program yang berhubungan dengan TI secara utuh tidak ada. Program World Bank anggap ICT tidak termasuk karena bisa ditangani oleh pemerintah sendiri,” terangnya.

“Jangan terlalu produk luar negeri minded,” kata Timothy. “Bikinlah merek sendiri, jangan merakit komputer tanpa merek,” ajaknya kepada semua pengusaha komputer di tanah air.

Jadi, mari kita tunggu kehadiran PC-PC lokal yang bisa membuat kita bangga dan makin bangga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com