Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Manusia Kuno" Bermunculan di Batujaya

Kompas.com - 08/05/2010, 02:17 WIB

Untuk mencari strukturisasi bangunan candi, dilakukan penggalian di areal perluasan candi yang merupakan areal persawahan, yaitu di sisi tenggara dan di barat laut. Penggalian pada minggu kedua April 2010, berhasil menemukan menhir berukuran panjang 2,1 meter dan 2,2 meter, di tenggara halaman candi, titik koordinasi G-9. Penggalian berikutnya, 22 April 2010, masih di sebelah tenggara halaman candi, sekitar 5 meter dari temuan menhir, secara kebetulan ditemukan kerangka manusia.

Enam kerangka manusia itu ditemukan terkubur di kedalaman lebih kurang satu meter dari permukaan tanah sawah. Posisinya berjejer dengan arah yang relati f sama, yakni 60 derajat ke timur laut. Empat dari enam kerangka yang ditemukan terlihat utuh, dua lainnya tidak utuh. Panjang kerangka lebih kurang 170 cm. Jarak antara kerangka yang satu dengan kerangka lainnya sekitar 90 cm.

Pada awalnya ditemukan kerangka lutut . Setelah dilanjutkan penggalian, kerangka manusia itu terlihat utuh dari kepala sampai kaki. Di antara kerangka itu terdapat senjata sejenis logam yang berada di bagian dada kerangka.

Tak jauh dari penemuan kerangka yang pertama , sekitar 90 cm di samping kerangka itu, ditemukan lagi kerangka manusia lainnya. Dua kerangka menumpuk dalam satu kubur, sehingga terlihat lebih panjang. Di dekat masing-masing kerangka terdapat barang tembikar , baik dalam kondisi utuh maupun sudah pecah, serta benda dari logam. Juga ada temuan rangka binatang siput laut berukuran relatif besar.

Benda-benda dekat kerangka itu merupakan bekal kubur yang disertakan pada mayat, yaitu tembikar seperti tempayan atau periuk kecil (kendil) dan alat-alat dari logam atau besi yang merupakan persenjataan milik orang yang dikubur, jelas Junaidi.  

Budaya Buni

Arkeolog Agustijanto Indradjaya dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (lihat www.tapakarkeologi.blogspot.com), di dunia arkeologi, situs Batujaya dengan kompleks percandian yang bersifat Buddhistik, merupakan obyek penelitian menarik. Sejak tahun 1960-an sudah menjadi obyek penelitian para arkeolog, yang dimotori RP Soejono dan Sutayasa. Arkeolog dan warga penggali liar seperti berlomba menggali kubur-kubur prasejarah, yang tersebar di wilayah pantai utara Jawa. Penggali liar menggali kubur pras ejarah itu untuk mencari emas.

Awalnya kubur-kubur prasejarah itu ditemukan di desa Buni (Bekasi) dan kemudian daerah perkembangannya di arah timur di daerah sungai Citarum dan Sungai Bekasi, hingga Ciparage di Cilamaya.

Istilah budaya kompleks tembikar Buni ini muncul ketika adanya persamaan corak hiasan dari fragmen tembikar yang ditemukan di beberapa tempat di Bekasi dan Cikampek. Menurut laporan, beberapa situs Buni yang pernah diteliti antara lain di Buni, Kedungringin, Cabangbungin dan Balaktemu di Bekasi. Batujaya, Kobak Kendal, Cilebar Babakan Pedes di daerah Rengas Dengklok, tulisnya.

Arkeolog yang juga Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba, Harry Widianto mengatakan, baru tahun 2005 sampai sekarang menusia pendukung budaya Buni ini berhasil diungkap lebih jauh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com