Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Takut Diserang Peretas

Kompas.com - 14/12/2010, 05:26 WIB

LONDON, SENIN - Inggris khawatir menjadi sasaran selanjutnya serangan para aktivis peretas di dunia maya, bersamaan dengan jadwal sidang ekstradisi pendiri WikiLeaks, Julian Assange, di London, Selasa (14/12) ini. Sementara itu, di Belanda, seorang peretas lagi ditangkap polisi.

Kantor Perdana Menteri Inggris David Cameron, Senin (13/12), menyatakan, Penasihat Keamanan Nasional Inggris Peter Ricketts telah memperingatkan kantor-kantor departemen di Inggris terhadap risiko serangan para hacktivists ini.

Assange dijadwalkan menjalani sidang kedua di City of Westminster Magistrate Court di London untuk menentukan apakah ia akan diekstradisi ke Swedia atau tidak. Momen sidang ini diduga akan dimanfaatkan para peretas pendukung WikiLeaks untuk menyerang situs-situs Pemerintah Inggris.

Kantor PM Inggris secara khusus mengkhawatirkan serangan terhadap situs lembaga pemerintah, yang menampung data pengembalian pajak atau klaim terhadap santunan masyarakat, karena data itu mengandung informasi pribadi penting dan sensitif warga Inggris.

Kejaksaan Belanda akhirnya melepas seorang peretas berusia 19 tahun, Minggu (12/12). Peretas yang ditangkap di wilayah Hoogezand-Sappemeer, Sabtu, itu mengakui turut serta dalam serangan massal terhadap situs milik Master Card, Visa, Moneybookers, dan situs Kantor Kejaksaan Belanda, pekan lalu.

Ini adalah peretas kedua yang ditangkap di Belanda setelah sebelumnya seorang peretas berusia 16 tahun ditahan di Den Haag, Kamis. Menurut juru bicara Kejaksaan Belanda, Wim de Bruin, peretas yang ditangkap lebih dulu tersebut masih ditahan karena diduga terlibat dalam pelanggaran yang lebih berat.

Para peretas di Belanda diancam hukuman hingga enam tahun penjara.

Menjelang sidang kedua Assange, stasiun televisi nasional Swedia menayangkan rekaman wawancara dengan Assange. Dalam rekaman itu, Assange mengaku menghadapi ancaman tuntutan dari Pentagon (Departemen Pertahanan AS) atas kebocoran dokumen rahasia di WikiLeaks. Ia juga mengaku kecewa dengan apa yang ia sebut penyalahgunaan sistem peradilan di Swedia.

Tak perlu khawatir

Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengatakan, di era keterbukaan saat ini, semua pihak tak perlu khawatir terhadap informasi yang mungkin disebarkan WikiLeaks tentang Indonesia.

Meski demikian, ia mengaku diperintahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memonitor kasus WikiLeaks dan kemungkinan beredarnya informasi terkait Indonesia dari kawat diplomatik Kedutaan Besar AS di Jakarta dan Konjen AS di Surabaya ke Departemen Luar Negeri AS di Washington DC.

”Saya diminta memonitor adanya peredaran kawat diplomatik tersebut. Ada sekitar 3.059 data tentang Indonesia dalam kabel diplomatik. Itu bagian kecil dari 250.000 data yang diklaim dipunyai WikiLeaks,” kata Tifatul seusai peringatan ulang tahun ke-73 Lembaga Kantor Berita Nasional Antara di Wisma Antara, Jakarta, Senin.

(AP/AFP/Reuters/DHF/ONG)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com