Kaskus hingga petang kemarin memiliki 3.077.572 anggota, menjadikannya situs lokal dengan pengguna terbanyak. ”Saya tidak bisa sebut besar investasi Global Digital Prima. Dana itu kami gunakan untuk mengembangkan Kaskus, termasuk sistem pembayaran Kaspay,” kata Ken. Situs ini memiliki forum jual-beli perorangan yang sangat aktif dengan 400 komunitas dan subkomunitas.
Jejaring media sosial juga memberi peluang hidup bagi situs spesifik, seperti Sepedaku.com yang didirikan Budi Santoso (38). Forum bertukar informasi di antara penggemar sepeda mengenai toko komponen sepeda tersebut memiliki 38.5000 anggota dan hidup dari iklan serta sponsor.
Inkubator
Global Digital Prima Venture tidak sendirian. Bakrie Telecom, awal pekan ini, meluncurkan Nusantara Incubation Fund. Shinta Dhanuwardoyo, mitra di Nusantara Ventures, mengatakan, yang dilakukan adalah menginkubasi situs, aplikasi, dan media generasi baru dengan memberi arahan, membukakan jejaring, dan membantu proses bisnis.
Menurut Shinta, tantangan bagi pendiri serta pengembang situs dan konten adalah membuat rencana bisnis. ”Banyak yang lemah dalam rencana bisnis sesuai pasar. Intinya, tahu yang mereka kembangkan bisa bertahan tanpa berpikiran suatu saat bisa dijual,” kata Shinta yang juga CEO Bubu.com.
Project Eden yang diperkenalkan dalam pertemuan komunitas #StartupLokal di ICC, pekan lalu, juga merupakan inkubasi bagi pendiri dan pengembang situs dan konten.
Meski proyek ini baru akan diluncurkan Oktober 2011, Kevin Mintaraga sebagai salah satu penggagas yakin akan prospek e-commerce Indonesia. Indikatornya, antara lain, belanja iklan. Walau belanja iklan di internet baru 2 persen dari total belanja iklan di Indonesia, jumlahnya meningkat pesat.
”Tahun 2008 belanja iklan di internet Rp 100 miliar, tahun 2010 menjadi Rp 400 miliar, dan pada 2011 sudah Rp 800 miliar. Pertumbuhannya 200 persen, sementara media konvensional tumbuh paling-paling 10 persen,” kata Kevin. Nielsen mencatat belanja iklan di media televisi dan koran tahun 2010 hampir Rp 60 triliun, naik 23 persen dari 2009 (Kompas, 2/2).
Lebih stabil
Satya Witoelar, lulusan Teknik Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, yakin, antusiasme terhadap bisnis online tidak akan mengulang gelembung bisnis internet tahun 1990 karena model bisnisnya kini lebih berkelanjutan.
”Semakin banyak upaya mendukung startup semakin bagus. Sebab, semakin banyak yang mencoba, semakin banyak produk dihasilkan. Ini mendorong pengembang situs dan konten lebih serius membuat aplikasi yang bisa komersial,” kata Satya.
Dengan jumlah penduduk 237 juta orang dan pendapatan terus meningkat, potensi bisnis di internet sangat besar. Namun, menurut Ken Lawadinata, karena infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi serta peraturannya belum jelas, investasi bisnis di internet di Indonesia, terutama oleh investor dari negara maju, dianggap masih hijau sehingga dihargai murah.
Karena itu, kewajiban pemerintah membangun infrastruktur dan membuat aturan yang tidak mengekang kreativitas sehingga menjadi pemungkin terjadinya ledakan bisnis di internet. (DOT/HAR/GUN/NMP)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.