JAKARTA, KOMPAS.com - Kelompok teroris bom buku ternyata menggunakan teknologi internet bukan hanya untuk belajar merakit bom, tetapi juga mencari target korban bom mereka. Hal ini terungkap dalam sidang perdana pembacaan surat dakwaan Pepi Fernando oleh Jaksa Penuntut Umum Bambang Suharijadi dan Rini Hartatie di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Kamis (3/11/2011).
Disebutkan, situs google yang lengkap dengan fitur pencari data menjadi pilihan Pepi mencari orang yang dianggapnya sebagai musuh Allah, dan pantas dikirimi bom buku.
"Terdakwa mengklik kata kunci Yahudi Indonesia, Misionaris Kristen, Jaringan Islam Liberal. Terdakwa mencari beberapa nama itu melalui browsing Google Internet di Warnet Pondok Kopi," ujar Jaksa Penuntut Umum, Rini di ruang sidang.
Salah satunya nama Ahmad Dhani, musisi kawakan yang menjadi incaran kelompok itu. Awalnya, ketika Pepi melakukan browsing dengan kata kunci Yahudi Indonesia, justru muncul nama Endiarto Anas. Pria itu disebut-sebut sebagai narasumber pembicara tentang Yahudi dan seorang misionaris Yahudi. Namun, Pepi tak menemukan alamat Endiarto.
"Kemudian terdakwa mengklik nama Ahmad Dhani dan menemukan beberapa tulisan tentang keyahudiannya dan banyak fotonya dengan lambang Yahudi pada pakaiannya. Terdakwa juga menemukan alamat rumahnya," lanjut JPU.
Hal yang sama juga terjadi pada Ketua Umum Partai Patriot Yapto Soeryosumarno. Keterangan dari Google yang didapat Pepi, Yapto adalah seorang keturunan Yahudi dari ibunya. Ia juga mendapatkan alamat rumah Yapto di wilayah Ciganjur.
"Terdakwa juga mengklik JIL untuk mencari alamat kantornya untuk pengiriman bom buku. Di Google, terdakwa juga mencari nama Goris Mere yang diketahui seorang nasrani, aktif di Densus 88, dan menjadi buronan mujahidin," jelas JPU.
Nama-nama inilah yang kemudian dikirimi bom buku sesuai dengan karakter dan pandangan hidup mereka. Ulil dan Goris Mere dikirimi paket bom buku dengan judul yang sama yaitu "Mereka Harus di Bunuh karena Dosa-Dosa Mereka terhadap Islam dan Kaum Muslimin". Untuk Yapto, pria penulis skenario fim itu diberikan buku berjudul "Masih Adakah Keadilan dalam Pancasila?", sedangkan Dhani mendapat buku "Yahudi Militan".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.