Saham Olympus sudah 62 tahun diperdagangkan di bursa. Ancaman ini semakin membuat harga saham Olympus tertekan. Masa depan produsen kamera dan alat endoskopi ini juga semakin tidak menentu.
Olympus sudah menyatakan tidak akan mengeluarkan laporan keuangan sebelum 14 November, tenggat penerbitan laporan keuangan bagi emiten. Akan tetapi, Olympus menyatakan akan berupaya memenuhi tenggat yang diberikan hingga 14 Desember tersebut.
Olympus harus menunda pengumuman kinerja keuangan yang seharusnya dikeluarkan pada 14 November karena auditor Ernst & Young ShinNihon tidak mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menghitung keuangan perusahaan.
Auditor tidak dapat menunggu hingga ada panel independen yang ditunjuk Olympus untuk menyelesaikan kajian dan perhitungan ulang posisi keuangan.
Perusahaan mengakui telah menutupi kerugian selama puluhan tahun akibat investasi yang salah di bidang surat berharga. Perusahaan Jepang ini juga diselidiki oleh otoritas Inggris dan AS. Kepolisian Tokyo juga akan menangani skandal ini.
Para analis mengatakan, masa depan perusahaan berusia 92 tahun itu mungkin akan berakhir dengan akuisisi oleh perusahaan lain. Namun, pembeli potensial belum terlihat jelas.
”Penghapusan saham Olympus dari lantai bursa tidak berarti perusahaan tidak dapat bertahan. Olympus memang telah kehilangan nilai aset akibat penurunan harga saham, tetapi bisnisnya masih memiliki prospek,” ujar Hiroyuki Fukunaga, CEO dari konsultan investasi Investrust.
Keengganan mantan pemimpin utama Olympus, Michael Woodford, untuk kembali ke Jepang setelah dipecat membuat rumor bahwa kecurangan Olympus terkait dengan organisasi kriminal yakuza semakin kental.
Hubungan gelap dan kadang berbahaya antara pebisnis dengan kelompok kriminal dan politisi merupakan tradisi lama di Jepang. Olympus menyangkal spekulasi tentang keterlibatan yakuza. Memang hanya sedikit bukti yang dapat ditampilkan untuk menunjukkan keterlibatan organisasi kriminal yakuza dalam kebangkrutan Olympus.
Majalah Facta menyebutkan, sebuah perusahaan di Cayman Islands terkait dengan beberapa transaksi Olympus. Perusahaan di Cayman Islands itu terkait secara tidak langsung dengan kelompok antisosial, sebuah julukan yang mengacu pada kejahatan kriminal yang terorganisasi.
Mengenai keterkaitan dengan kekuatan antisosial, Presiden Olympus Shuichi Takayama mengatakan tidak mengetahui apa- apa tentang hal itu.
Ini bukan pertama kali muncul kontroversi tentang keterlibatan yakuza di sebuah perusahaan. Pada tahun 1991, pejabat tinggi Nomura Securities dan Nikko Securities terpaksa mundur karena melakukan transaksi terkait dengan yakuza.
Hubungan antara yakuza dan firma keuangan di Jepang kembali mengemuka ketika dana pemerintah dipakai untuk membantu perusahaan keuangan yang bangkrut dan melibatkan dana yakuza.