AMBON, KOMPAS -
Di Kabupaten Badung, Bali, buruknya cuaca di laut telah menimbulkan korban dua remaja, yakni Viktor Sunianto (17) dan Ian Dwi Tunggal (17). Keduanya ditemukan tewas karena tenggelam di Pantai Petitenget, Kuta Utara, Badung, Kamis (5/1) pagi. Mereka terseret ombak tinggi saat bermain di pantai itu.
Namun, cuaca di perairan di Nusa Tenggara Timur masih aman. Tujuh unit feri melayani masyarakat seperti biasa. Tinggi gelombang hanya 1,5 meter meski terjadi hujan deras di sebagian wilayah perairan itu. Demikian pula cuaca di Sumatera Utara dan sekitarnya terus membaik. Musim hujan segera berlalu dan tinggal beberapa hujan lokal.
”Hujan lokal yang terjadi hanya membasahi beberapa blok. Mungkin luasannya tidak sampai 2 kilometer persegi,” kata Kepala Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Polonia Medan Hartanto.
Hal senada diungkapkan Marzuki dari Humas Syahbandar Pelabuhan Tanjung Perak. Sampai saat ini aktivitas penyeberangan masih normal. Setiap kapal juga tidak sampai menunda jadwal keberangkatannya. ”Sampai sekarang belum ada yang menunda keberangkatan,” ujarnya.
Tunda pelayaran
Pelaksana Harian Kepala Bidang Penjagaan dan Penyelamatan Administratur Pelabuhan Kelas I Ambon Agam Guling, Kamis (5/1), menyebutkan, ketiga kapal yang membatalkan pelayaran itu adalah Kapal Motor (KM) Elizabeth, KM Sapurata, dan kapal feri Temi.
KM Elizabeth dan kapal feri Temi melayani rute Ambon ke Namlea, Kabupaten Buru, sedangkan KM Sapurata melayani rute Ambon ke sejumlah wilayah di Kabupaten Buru Selatan.
Agam mengatakan, tidak dikeluarkannya surat izin berlayar terhadap ketiga kapal itu karena adanya peringatan dini gelombang laut tinggi di perairan di Provinsi Maluku dari BMKG. Peringatan ini diikuti dengan dikeluarkannya imbauan untuk menunda pelayaran dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Maluku.
Dibatalkannya keberangkatan kapal membuat sejumlah penumpang kecewa. ”Saya sudah beli tiket dan menunggu berjam- jam, tetapi ternyata kapal batal berangkat. Saya terpaksa menginap di kapal karena semua barang sudah berada di kapal,” ujar Salim (30), salah satu penumpang KM Elizabeth.
Anggota staf Shipping PT Pelayaran Dharma Indah, perusahaan pemilik KM Elizabeth, Junaedi, juga menyayangkan pembatalan itu. Sebaliknya, Manajer Operasi PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Ambon Danial Mainake memahami tidak dikeluarkannya surat izin berlayar. ”Kami tidak mau mengambil risiko. Keselamatan penumpang diutamakan,” katanya.
Bagi nelayan, musim gelombang tinggi memicu penurunan hasil tangkapan ikan. Ini dialami nelayan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Selain itu, minimnya hasil tangkapan mendongkrak harga jual ikan.