Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KANKER PARU

Sulit Dideteksi Dini dan Sulit Disembuhkan

Kompas.com - 27/04/2012, 03:36 WIB

Jakarta, Kompas - Kanker paru sulit dideteksi secara dini. Penyebabnya, kanker paru tak menunjukkan gejala pada tahap awal. Kalaupun ada, gejala tidak spesifik.

Hal itu dikemukakan Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan Anwar Jusuf, Kamis (26/4), di Jakarta.

Menurut Anwar, gejala kanker paru biasanya berupa batuk, berat badan turun, dan tidak nafsu makan. ”Hal itu sama dengan gejala penyakit lain, seperti tuberkulosis atau pneumonia,” katanya. Sejauh ini, rokok dianggap pemicu utama kanker paru.

Kanker paru umumnya ditemukan pada stadium III atau IV. Pada stadium IV, sel kanker sudah menyebar ke organ di luar paru. Sel kanker biasanya menyebar ke kelenjar getah bening di leher, cairan di selaput paru, selaput jantung, otak, tulang, hati, anak ginjal (suprarenal), ataupun ginjal. Secara statistik, harapan hidup mereka yang didiagnosis kanker paru stadium IV adalah beberapa bulan sampai beberapa tahun. Pada stadium III, sel kanker masih di rongga dada, tapi sudah melewati paru.

Pada stadium I dan II, sel kanker masih di paru, ukurannya 1 cm. Karena letaknya sangat dalam, tak mudah dibuktikan. ”Jika diketahui sedini itu, biasanya dioperasi. Harapan hidup selama 5 tahun 70-80 persen,” ujar Anwar.

Pemeriksaan kanker paru dilakukan lewat pemeriksaan dahak, rontgen, ataupun PET scan. Kemudian dikonfirmasi dengan pengambilan jaringan lewat biopsi jarum halus. Kanker paru stadium III diobati dengan radioterapi, sedangkan stadium IV dikemoterapi.

Berdasarkan pernyataan Kementerian Kesehatan, pengobatan yang dijalani Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih yang menderita kanker paru antara lain berupa radiasi lokal dan bedah beku untuk mengeliminasi sel kanker. Saat ini Menkes dirawat inap di RS Cipto Mangunkusumo untuk menjalani radioterapi serial.

Menurut Direktur Utama RSCM Akmal Taher, Kamis, kondisi Menkes baik, sadar, dan bisa berkomunikasi. Saat ini, Menkes menjalani rehabilitasi medik. Obat-obatan diberikan untuk menopang fungsi tubuhnya. Berbagai langkah untuk memperbaiki keadaan umum dilakukan, termasuk pemberian cairan untuk mencukupi kebutuhan makan dan minum. (MZW/ATK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com