Washington DC, Selasa
Demikian diungkapkan juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, di Henderson, Nevada, AS, saat mendampingi Presiden Barack Obama berlatih debat calon presiden, Senin (1/10). Pernyataan Gedung Putih ini disampaikan sehari setelah portal berita Freebeacon memberitakan bahwa para peretas komputer dari China telah membobol sistem komputer militer Gedung Putih.
Carney membantah kabar itu dengan mengatakan, istana kepresidenan AS itu dilengkapi berbagai sistem mitigasi serangan siber, yang mengidentifikasikan sebuah serangan kemudian mengisolasinya dan mencegah serangan itu menyebar ke jaringan lain.
”Ada pemisahan antara jaringan yang berisi sejumlah informasi rahasia dan yang tidak, serta serangan itu mengenai jaringan yang tidak mengandung informasi rahasia,” kata Carney. Ia juga mengatakan, tak ada indikasi pencurian data dari serangan tersebut.
Carney menyebut serangan itu bertipe
Carney mengatakan, serangan terhadap sistem komputer
China memang menjadi tersangka utama serangan siber terhadap jaringan komputer milik swasta ataupun pemerintah di AS. November tahun lalu, pejabat senior dinas intelijen AS untuk pertama kali secara terbuka menuduh China berusaha mencuri data teknologi tinggi AS secara sistematis melalui sejumlah serangan siber.
Jenderal Keith Alexander, yang memimpin Badan Keamanan Nasional AS (NSA) dan Komando Siber AS, mengatakan, para peretas tersebut mulai meningkatkan intensitas serangannya dari sekadar ”mengganggu” menjadi ”merusak” sejumlah sistem komputer vital di AS.
Saat berbicara di sebuah forum di Woodrow Wilson Center, Washington DC, Senin, Alexander memperingatkan, serangan merusak ini bisa menimpa beberapa sektor penting di AS, mulai dari bursa saham sampai para operator jaringan transmisi listrik.
Serangan itu bisa menghapus semua data yang dimiliki perusahaan hingga membuatnya bangkrut, atau mematikan sistem kontrol utama di beberapa infrastruktur vital. Pemerintah AS saat ini sedang menyusun undang-undang baru untuk mencegah serangan siber semacam itu terjadi.