Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagu Lama di Halte Harmoni

Kompas.com - 15/01/2013, 03:52 WIB

Jakarta, Kompas - Transjakarta sebagai moda angkutan massal di Kota Jakarta pada hari ini, Selasa (15/1), genap berusia sembilan tahun. Dengan cakupan mencapai 12 koridor pada 2013, tetap saja kualitas layanan bus berjalur khusus ini belum memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat.

Ny Marbun terus mengomel ketika antre di loket Pulo Gadung, Halte Terintegrasi Bus Transjakarta Harmoni, Senin (14/1). Hampir sejam guru sebuah sekolah di Jakarta Barat itu berdiri berdesakan dengan penumpang lain untuk jurusan sama, Harmoni-Pulo Gadung.

”Saya menyesal telah memilih naik busway (bus transjakarta). Hari biasanya saya naik kereta. Akan tetapi, hari ini pengin mencoba naik bus transjakarta yang katanya murah. Ternyata begini,” kata Ny Marbun, warga Kota Bekasi.

Peristiwa yang dialaminya membuat Ny Marbun kapok untuk naik bus transjakarta kalau kondisinya seperti itu. Ny Marbun harus mengeluarkan biaya Rp 8.500 per tiket kereta api. Sementara dengan bus transjakarta cukup Rp 3.500 per tiket. ”Coba kalau Jokowi (Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo) melihat dan merasakan antrean ini, pasti dia akan marah,” kata seorang ibu lainnya yang lebih dulu antre dari Ny Marbun.

Antrean panjang bus transjakarta disebabkan armada itu harus antre masuk halte dan menurunkan penumpang. ”Sekitar 20 menit antre untuk menurunkan penumpang. Belum lagi harus berputar menaikkan penumpang,” kata pengemudi Koridor II, Harmoni-Polu Gadung, Awantuan.

Bukan hanya waktu tunggu yang sangat lama dan membuat calon penumpang marah, fasilitas bus tranjakarta pun banyak yang memprihatinkan.

Kompas kemarin mengikuti perjalanan bus transjakarta dari Koridor I (Blok M-Kota), Koridor IV (Duku Atas-Ragunan), Koridor IVA (Ragunan-Harmoni/Kota), hingga Koridor II. Dalam perjalanan dari Halte Kuningan Timur menuju Harmoni, kondisi bus transjakarta amat memprihatinkan. Lantai bus terkelupas dan membentuk lubang menganga besar. Kaca di bagian depan atas tepat di muka sopir tampak retak dan ada tambalan plakban hitam.

Bus yang amburadul itu semakin membuat penumpang tak nyaman karena pendingin udara hanya kipas angin. Petunjuk lokasi bus yang dipajang di atas sopir tidak lagi berfungsi. Pergerakan bus menimbulkan suara tak nyaman layaknya bus umum yang bobrok.

Tidak standar

Kondisi armada bus dan sarana pendukung, seperti halte dan jembatan untuk bus transjakarta, tidak memiliki standar yang sama. Jika bus dari Kuningan Timur ke Harmoni begitu bobrok, bus-bus baru asal China yang beroperasi di Koridor I begitu memanjakan penumpang.

Selain merasakan nyamannya berada dalam ruangan yang dingin, pengaman pintu terjaga dengan baik, di mana jika pintu bus masih terbuka, alarm akan berbunyi.

Kondisi halte pun berbeda-beda. Di Dukuh Atas 2, misalnya, halte cukup bersih dan televisi layar datar besar aktif menginformasikan waktu kedatangan bus. Di halte lain, seperti di Cempaka Timur dan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, sampah berserakan di jembatan penyeberangan.

Siaran pers dari The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia yang diterima Kompas kemarin menyebutkan, bus transjakarta sebenarnya tetap bisa menjadi andalan untuk mengatasi kemacetan yang menghantui Jakarta.

Berdasarkan perhitungan ITDP Indonesia yang kini dipimpin Yoga Adiwinarto, dengan 11 koridor yang melayani 26 rute, hingga akhir 2012 bus transjakarta tercatat dapat melayani paling banyak 390.000 orang per hari.

Namun, dari seluruh pengguna transjakarta, baru 24,9 persen yang berpindah dari sepeda motor dan 10,3 persen yang berpindah dari mobil. Hal ini menunjukkan bahwa layanan transjakarta belum optimal, bahkan jumlah penumpang transjakarta berkurang hingga 3 persen dari sebanyak 114.783.842 orang pada 2011 menjadi 111.251.868 orang pada 2012.

Permasalahan kualitas pelayanan yang semakin turun merupakan konsekuensi dari akumulasi masalah yang ada. Masalah itu mulai dari tidak sterilnya jalur, hanya enam stasiun pengisian BBG yang melayani armada transjakarta, hingga sejumlah masalah teknis. Masalah teknis seperti armada kurang, belum ada ruang kontrol untuk pengelolaan operasional transjakarta, dan dimensi halte yang menyebabkan penumpang tidak terakomodasi optimal pada jam-jam padat. (NEL/PIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com