Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sembah dan Berkah di Tanah Dewata

Kompas.com - 25/04/2013, 12:26 WIB

Menjelang hari raya Galungan yang diikuti Kuningan, upacara-upacara besar bak pertunjukan massal muncul di mana-mana. Di Pura Sakenan, Pulau Serangan, Denpasar, puluhan hingga ratusan ribu orang mengalir bagai air sepanjang hari di saat Kuningan. Perempuan-perempuan menyunggi aneka sesaji yang nantinya diletakkan di sekitar pura. Dupa-dupa dibakar, doa-doa dan tembang dilantunkan, serta gamelan pun terus ditabuh.

Di saat-saat upacara besar seperti itulah, aneka makanan dijadikan sesaji untuk dewa. Dan, jenis makanan yang disajikan di setiap daerah tidak selalu sama. Di Negara, Kabupaten Jembrana, yang berada di pesisir Bali bagian barat, ada makanan khas yang menjadi sajen dewa, yakni pesor (sejenis lontong dari daun bambu dan pohon kasa) dan lawar klungah atau lawar tempurung kelapa muda.

Lawar merupakan aneka sayur dan daging yang diracik dengan parutan kelapa bakar dan basa genep (bumbu lengkap ala Bali). Sekilas rupanya seperti urap dengan aroma bumbu yang lebih tajam. Selain potongan tempurung kelapa muda, dalam lawar klungah terdapat potongan ayam.

Di dalam sajen yang dipersembahkan masyarakat Jembrana biasanya juga terdapat makanan laut, seperti ikan, udang, dan kepiting. Sementara itu, sajen di Denpasar dan Gianyar didominasi daging babi.

Begitulah, sajen yang berbeda-beda merupakan cerminan bahwa masyarakat Bali sesungguhnya heterogen. Michel Pikard (2006) menyebutkan, setiap daerah di Bali mendapatkan kadar pengaruh Hindu-Jawa yang berbeda-beda sehingga terbentuk ruang sosial yang heterogen di masing-masing desa.

Apa pun persembahannya, Acharyananda melihat semua yang ada di alam adalah refleksi Tuhan. Oleh sebab itu, semuanya layak untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Makanan persembahan sendiri sebenarnya simbol ide-ide ketuhanan. Daging itik persembahan, misalnya, tidak bisa dipandang sebagai seonggok daging semata, melainkan simbol kebijaksanaan. ”Orang mempersembahkan anjing, yang diambil sebenarnya sifat kesetiaannya, ayam kedinamisannya, dan kambing sifat ketaat-asasannya,” ucapnya.

Begitulah, rasa syukur manusia atas berkah Semesta ditunjukkan dengan sembah sebelum dikonsumsi sebagai bagian dari cara kita merawat kebudayaan dan mempertahankan hidup. Dan, diharapkan segalanya berjalan dalam irama yang penuh harmoni….

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com