Akibatnya, kualitas proyeksi cahaya pada sensor bervariasi. Area tengah (center) mendapat kualitas/ketajaman terbaik, sementara daerah pinggiran cenderung lebih gelap dan buram.
Nah, untuk mengatasi hal tersebut, kenapa tidak membuat sensor berbentuk melengkung, mengikuti prinsip retina mata? Itulah yang dilakukan Sony dalam teknologi terbarunya yang diperkenalkan minggu lalu.
Bagian pinggir frame tak lagi lebih gelap dari area tengah (vignetting), sementara aberasi atau anomali proyeksi cahaya seperti distorsi bisa diminimalkan. Aperture atau bukaan lensa yang lebih besar juga dimungkinkan oleh desain sensor ini.
Di samping sensor tersebut, Sony juga telah mematenkan desain sebuah lensa mirrorless full-frame 35mm f/1.8 yang dirancang untuk memproyeksikan cahaya pada sensor melengkung. Karena itu, muncul dugaan bahwa perusahaan tersebut bakal menerapkan teknologi ini pada kamera mirrorless full frame macam RX1.
Masih belum jelas di produk mana Sony akan mengaplikasikan teknologi sensor melengkung. Biasanya memang butuh waktu beberapa lama sebelum sebuah desain paten benar-benar terwujud dalam bentuk produk jadi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.