Sebagaimana KompasTekno rangkum dari PC World, Rabu (5/8/2015), serangan jahil itu terjadi saat tim Evil Geniuses bertanding melawan tim compLexity Gaming. Saat sedang seru-serunya, permainan tiba-tiba melambat (lag) dan kemudian berhenti sebentar (pause).
Biasanya, hal tersebut terjadi ketika koneksi internet sedang bermasalah. Benar saja, saat dicek, Valve selaku penyelenggara menemukan serangan distributed denial-of-service (DDoS) di server.
Sekadar informasi, DDoS merupakan serangan paket data dalam jumlah besar ke sebuah server. Masifnya jumlah paket data yang diterima dalam waktu bersamaan bisa mengakibatkan server melambat, bahkan tumbang.
Valve membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk menangkal serangan tersebut. Setelah diantisipasi, turnamen yang memperebutkan hadiah uang tunai sebesar 18 juta dollar AS atau sekitar Rp 243 miliar ini kembali berjalan normal.
Meski memiliki gameplay yang mirip, DOTA dan DOTA 2 memiliki sistem yang berbeda. Untuk memainkan game DOTA secara multiplayer, pemain bisa memanfaatkan jaringan komputer lokal atau local area network (LAN). Itu artinya, tidak dibutuhkan koneksi internet untuk bermain bersama teman dalam satu jaringan.
Sementara itu, untuk DOTA 2, Valve mengharuskan pemain terhubung ke server game melalui koneksi internet agar bisa memainkannya secara multiplayer.
Sistem inilah yang dianggap rentan karena peretas jahil bisa mengganggu permainan dengan menyerang server.
Untuk selanjutnya, Valve disarankan untuk mencari cara melindungi server game dari gangguan-gangguan jahil seperti itu, atau setidaknya menghadirkan kembali permainan multiplayer melalui jaringan lokal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.