KOMPAS.com - Ada dua topik yang sedang menjadi "bulan-bulanan" netizen global, yakni insiden terbakarnya Samsung Galaxy Note 7 dan pernyataan kontroversial Donald Trump menjelang pemilu AS November mendatang.
Keduanya memang berada pada frekuensi berbeda, tetapi sama-sama dibanjiri komentar yang cenderung negatif. Dalam hal ini, Samsung sebagai brand teknologi kawakan dan Trump sebagai brand tokoh politik.
Lantas, brand mana yang citra negatifnya lebih berdampak masif? Kolumnis budaya teknologi Chris Matyszczyk mengemukakan opininya, sebagaimana dilaporkan Cnet dan dihimpun KompasTekno, Jumat (14/10/2016).
Pertama-tama, Matyszczyk menggarisbawahi soal posisi Samsung sebagai vendor perangkat teknologi yang selama ini dianggap kredibel. Lalu tiba-tiba persepsi itu memudar ketika Galaxy Note 7 dilaporkan memiliki masalah serius pada baterainya.
Tak tanggung-tanggung, masalah itu berisiko membuat ponsel meledak seperti yang dialami sejumlah pengguna. Samsung pun menarik 2,5 juta unit flagship-nya yang beredar di pasaran.
Pabrikan Korea Selatan tersebut berjanji bakal mengganti unit lama dengan unit baru yang aman. Tak selang berapa lama, Samsung kembali menyetok Galaxy Note 7 versi baru.
Sayangnya, stok yang diklaim aman itu nyatanya tak aman. Tak kurang dari lima kasus ledakan Galaxy Note 7 versi baru terjadi di Amerika Serikat. Rentetan kasus ini agaknya membuat Samsung menyerah dan menyetop penjualan lini Galaxy Note 7 untuk selamanya.
Hal ini menimbulkan tiga persepsi negatif sekaligus: Samsung tak aman, Samsung tak belajar dari kesalahan, dan Samsung ingkar janji.
Citra negatif Trump bersifat relatif
Sementara itu, pada kasus Trump, Matyszczyk mengibaratkannya sebagai persepsi negatif yang relatif. Kandidat Presiden AS asal Partai Demokrat itu memang cenderung blak-blakan mengutarakan ketidaksukaannya.
Banyak yang tak senang dengan pendekatan tersebut, namun tak jarang yang mengagumi kejujuran Trump. Hal ini berbeda dengan kasus Galaxy Note 7, di mana hampir tak ada orang yang suka jika ponselnya meledak.
Beberapa isu sensitif yang kerap jadi bahasan Trump adalah soal orang Meksiko, perempuan, Muslim, dan orang-orang dengan keterbatasan fisik. Trump dianggap rasis, tak berperasaan, anti-feminis, dan arogan bagi sebagian orang.
Di sisi lain, Trump adalah manusia yang karakternya cocok dengan kelompok masyarakat tertentu. Nah, mereka itulah yang menganggap citra Trump baik-baik saja.
Insiden ledakan Galaxy Note 7 bukan soal karakter
Citra negatif pada Samsung saat ini bukanlah karena sifatnya yang tak baik, tapi karena kualitas perangkat produksinya. Sementara itu, citra negatif pada Trump bersumbu pada sifatnya sebagai manusia.