Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ASN di China Dilarang Pakai iPhone Saat Bekerja

Kompas.com - 07/09/2023, 19:30 WIB
Caroline Saskia,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Sumber 9to5Mac

KOMPAS.com - Pemerintah China melarang seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) setempat menggunakan iPhone maupun perangkat teknologi buatan negara lain saat bekerja. Bahkan, mereka dilarang membawa perangkat tersebut ke kantor.

Menurut laporan The Wall Street Journal, larangan ini merupakan perluasan regulasi di China yang sudah ada selama ini. Regulasi yang dimaksud adalah aturan untuk mengurangi ketergantungannya pada teknologi asing, di tengah maraknya ancaman keamanan siber asing.

Meskipun yang disasar adalah perangkat teknologi dari negara lain, namun dalam konteks smartphone, Apple tampaknya paling terdampak. Sebab, iPhone menjadi salah satu merek ponsel yang menguasai pasar smartphone di China.

Apple menjadi satu-satunya merek ponsel asing yang masuk lima besar vendor smartphone teratas di China.IDC Apple menjadi satu-satunya merek ponsel asing yang masuk lima besar vendor smartphone teratas di China.

Firma riset International data Corporation (IDC) mencatat bahwa pangsa pasar (market share) Apple berada di peringkat pertama dengan persentase sebesar 20,6 persen pada kuartal IV-2022. 

Baca juga: Wanita di China Curi iPhone 14 Plus dengan Cara Gerogoti Kabel Anti-Maling

Pangsa pasar Apple memang turun saat ini, namun perusahaan yang berbasis di Cupertino, AS itu masih masuk dalam lima besar.

Lebih tepatnya, Apple berada di urutan keempat dengan pangsa pasar 15,3 persen.

Sementara empat vendor lain yang masuk dalam daftar lima besar, dihuni oleh perusahaan smartphone asal China, yakni Oppo, Vivo, Honor, serta Xiaomi dan Huawei (sama-sama di posisi kelima).

Data ini menunjukkan bahwa Apple menjadi satu-satunya produk asing di dalam daftar lima besar vendor smartphone teratas di China.

Kuatnya pasar iPhone di China tak lepas dari penyesuaian Apple dengan aturan ketat pemerintah China. Misalnya, Apple pernah menghapus emoji bendera Taiwan, khusus di China, karena konflik politik China-Taiwan.

Selain itu, melansir 9to5Mac, iPhone juga disebut pernah melonggarkan sistem keamanannya untuk menyesuaikan kebijakan pemerintah China.

Misalnya, data iCloud untuk pengguna di China, disimpan di pusat data lokal yang secara geografis berlokasi di China. Hal ini menimbulkan dugaan akan potensi intervensi negara terhadap pengguna iPhone di China. Atas dugaan itu, Apple menegaskan bahwa merekalah satu-satunya pihak yang memegang kunci dekripsi untuk data pengguna.

Baca juga: AS Larang Investasi ke Perusahaan Teknologi China

Pelarangan penggunaan iPhone di China secara terbatas ini seakan semakin memperenggang hubungan bilateral AS-China. Kedua negara ini kerap melakukan aksi pemblokiran terhadap teknologi dan layanan satu sama lain, dalam beberapa tahun terakhir.

Misalnya, AS membatasi ekspor semikonduktor canggih untuk mengurangi kekuatan militer China. Negara Paman Sam juga sebelumnya lebih dulu memasukkan nama beberapa perusahaan asal China ke dalam daftar hitam (entity list), seperti Huawei dan ZTE.

AS juga masih menebar ancaman untuk memblokir TikTok dengan alasan mengancam keamanan nasional.

Di sisi lain, China juga telah memblokir salah satu perusahaan asal AS bernama Micron, yang dikenal sebagai salah satu perusahaan pembuat chip terbesar di AS. Alasan pemblokiran ini tak lain adalah ancaman keamana nasional.

China juga mengeluarkan kampanye dan aturan baru untuk mengurangi ketergantungannya terhadap teknologi asing sebanyak mungkin. Tujuannya, agar negara bisa mengembangkan lebih banyak rantai pasokan domestik dan memenuhi kebutuhan vendor secara independen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com