Di Indonesia, meskipun masih dalam skala relatif kecil, pendapatan juga terus meningkat, yaitu mencapai 2,32 Miliar dollar AS pada 2017, meningkat menjadi 2,83 Miliar dollar AS pada 2022, dan diperkirakan mencapai 3,63 Miliar dollar AS pada 2027.
Namun, seiring dengan tercapainya pertumbuhan ini, biaya pembangunan dan pengoperasian data center juga terus melonjak dari tahun ke tahun.
Berdasarkan estimasi Uptime Institute, biaya untuk DC Tier 3 pada 2022 lalu meningkat dari 1 juta dollar AS menjadi 2 juta dollar AS per MW.
Hal ini disebabkan meningkatnya biaya penggunaan energi dan belanja modal, serta kendala yang terus menerus dalam supply chain dan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja DC yang semuanya menambah kompleksitas biaya.
Di sisi lain, peningkatan kebutuhan tenaga kerja DC ternyata tidak sejalan dengan kenyataan yang ada. Saat ini, penyedia pusat data secara umum mengaku kesulitan dalam menarik dan mempertahankan tenaga kerja berkualitas.
Sebanyak 53 persen dari 830 responden perusahaan mengalami kesulitan menemukan kandidat yang memenuhi syarat, sementara 42 persen mengalami kesulitan mempertahankan staf yang diperlukan. (Sumber: Uptime Institute Global Data Center Survey 2022, N = 830).
Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan upaya dalam merekrut dan mempertahankan talenta yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan pesat industri pusat data.
Ketiga, Power Density tiap rak DC meningkat cepat. Berdasarkan survei yang dilakukan Sharing Vision, 57 persen perusahaan yang menjadi responden melaporkan peningkatan power density di pusat data/colocation perusahaan dalam satu tahun terakhir.
Sementara itu, 43 persen responden lainnya menyatakan power density pusat data mereka cenderung tetap.
Beberapa DC bahkan mencatat rata-rata power density mencapai lebih dari 40 kW/r. ak. Meskipun demikian, sebanyak 54 persen responden menyatakan bahwa rata-rata power density tiap rack di pusat data mereka masih dibawah 20 kW/ rak.
Masalah ini juga ditambah penggunaan powerful chips yang dianggap menjadi solusi untuk menghadapi semakin tingginya kebutuhan komputasi oleh DC.
Powerful chips seperti Epyc 4 Genoa (AMD) dan 4th-gen Xeon Scalable silicon (Intel) memiliki konsumsi daya sangat tinggi, di mana Epyc 4 Genoa menyerap 400W dan Xeon menyerap daya hingga 350W.
Selain itu, prosesor-prosesor ini membutuhkan suhu lebih rendah, yang menimbulkan masalah dalam hal cooling.
Mengatasi peningkatan suhu akibat penggunaan prosesor-prosesor ini merupakan tantangan serius, mengingat pentingnya menjaga suhu yang optimal untuk operasi yang stabil dan efisien di pusat data.
Saat ini, ada banyak legacy DC yang tidak dirancang atau belum dapat memfasilitasi kebutuhan kedua processor tersebut. Kemampuan memasok airflow yang dibutuhkan untuk mendinginkan density masih terbatas.