Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Cisco: Hanya Sedikit Perusahaan di Indonesia yang Siap Hadapi Ancaman Keamanan Siber Modern

Kompas.com - 31/03/2024, 13:06 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Penulis

KOMPAS.com - Perusahaan teknologi jaringan asal Amerika Serikat (AS), Cisco merilis laporan terbaru bertajuk "Cybersecurity Rediness Index 2024".

Laporan ini memaparkan bagaimana kesiapan perusahaan dan organisasi dalam menghadapi ancaman keamanan siber di tahun 2024.

Berdasarkan riset ini, hanya 12 persen organisasi di Indonesia yang memiliki ketahanan terhadap risiko keamanan siber modern. Dari angka tersebut, lebih dari setengahnya (53 persen) organisasi, berada di tingkat kesiapan ketahanan Pemula atau Formatif.

"Threat landscape saat ini lebih rumit daripada sebelumnya, dan organisasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, terus tertinggal dalam ketahanan siber mereka," kata Marina Kacaribu, Managing Director, Cisco Indonesia.

"Perusahaan perlu mengadopsi pendekatan platform yang akan memberikan tampilan yang sederhana, aman, dan terpusat dari seluruh arsitektur mereka untuk memperkuat posisi keamanan mereka dan mengambil keuntungan terbaik dari peluang yang ditawarkan oleh teknologi yang sedang berkembang," imbuhnya.

Baca juga: Cisco Rampungkan Akuisisi Perusahaan Keamanan Siber Splunk

Secara global, hanya 3 persen perusahaan yang berada pada tahap Matang. Padahal, Cisco menyebut perusahaan-perusahaan menjadi target serangan siber dengan berbagai macam jurus, mulai dari phising, ransomware, serangan terhadap rantai pasokan, dan rekayasa sosial.

Meskipun organisasi-organisasi ini sudah membangun pertahanan untuk menghadapi serangan-serangan tersebut, namun mereka disebut masih kesulitan dalam melindungi diri dari ancanam siber tersebut.

Salah satu penyebabnya adalah karena terhambat oleh postur keamanan mereka yang terlalu kompleks.

Cisco juga menyebut, 96 persen responden mengatakan mereka memprediksi akan terjadi insiden keamanan siber yang bisa mengganggu bisnis dalam 12-24 bulan mendatang.

Dengan adanya kemungkinan ini, biaya ketidaksiapan bisa menjadi hal yang substansial.
Sebab, 63 persen responden mengatakan mereka mengalami insiden keamanan siber dalam 12 bulan terakhir.

Sebanyak 66 persen dari reponsen yang terkena dampak keamanan siber, mengatakan bahwa indisen tersebut menghabiskan biaya, setidaknya 300.000 dollar AS (sekitar Rp 4,7 miliar).

Cisco juga menyebut bahwa pendekatan tradisional dengan Point Solution Overload, yakni mengadopsi banyak solusi keamanan siber di beberapa titik, tidak memberikan hasil efketif.

Sebab, sebanyak 91 responden mengakui bahwa memiliki banyak solusi titik melambatkan kemampuan tim mereka dalam mendeteksi, merespons, dan memulihkan diri dari insiden.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran besar karena 76 persen organisasi mengatakan bahwa mereka telah mengimplementasikan sepuluh atau lebih solusi titik dalam tumpukan keamanan mereka, sementara 33 persen mengatakan bahwa mereka memiliki 30 atau lebih solusi titik.

Tantangan kesiapan akan acanaman siber diperparah dengan penggunaan perangkat tidak aman dan yang tidak dikelola.

Cisco mengatakan, sebanyak 93 persen perusahaan mengaku bahwa karyawan mereka mengakses platform perusahaan dari perangkat yang tidak dikelola.

Kemudian, 47 persen dari mereka, menghabiskan satu perlima (20 persen) waktu mereka untuk terhubung ke jaringan perusahaan dari perangkat yang tidak dikelola.

Selain itu, 38 persen responden juga melaporkan bahwa karyawan mereka berpindah antara setidaknya enma jaringan dalam seminggu.

Baca juga: Cisco: Indonesia Berada di Jalan yang Benar soal Adopsi AI, tapi Masih Ada PR

Tantangan ini semakin kompleks dengan masih kurangnya sumber daya manusia yang andal dalam mengantisipasi serangan siber.

Sebanyak 59 persen responden mengatakan, organisasi mereka memiliki lebih dari 10 posisi terkait keamanan siber yang belum terisi.

Masih dari riset yang sama, Cisco menyebut ada 93 persen organisasi yang masih merasa cukup atau sangat percaya diri untuk mempertahankan diri dari serangan siber dengan infrastruktur yang mereka miliki saat ini.

Akan tetapi, menurut Cisco, ada kesenjangan antara keyakinan dan kesiapan organisasi dalam menghadapi serangan siber.

Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mungkin memiliki keyakinan yang salah dalam menakar kemampuan mereka untuk menghadapi lanskap ancaman siber, dan mungkin tidak mampu mengevaluasi secara tepat, sejauh mana tantangan yang sebenarnya mereka hadapi.

Ilustrasi Cisco.Cisco Ilustrasi Cisco.

Dengan aneka tantangan di atas, beberapa perusahaan mulai menyadari akan pentingnya investasi dalam bidang keamanan siber.

Sebanyak 84 persen perusahaan berencana untuk meningkatkan infrastruktur teknologi dan informasi (TI) mereka dalam 12-24 bulan yang akan datang. Ini cukup naik siginifikan dibanding hanya 42 persen organisasi yang berencana melakukan hal serupa tahun lalu.

Adapun rencana yang akan dilakukan meliputi meningkatkan solusi yang sudah ada (85 persen), menerapkan solusi baru (49 persen), dan berinvestasi dalam teknologi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) (74 persen).

Cisco menyarankan agar perusahaan bisa mempercepat investasi yang signifikan dalam keamanan, termasuk adopsi langkah-langkah inovatif dan pendekatan platform keamanan, memperkuat ketahanan jaringan mereka, menerapkan penggunaan yang bermakna dari kecerdasan buatan generatif, dan meningkatkan perekrutan untuk mengatasi kekurangan keterampilan keamanan siber.

"Kita tidak boleh meremehkan ancaman yang ditimbulkan oleh rasa percaya diri yang berlebihan," kata Jeetu Patel, Executive Vice President dan General Manager Security and Collaboration di Cisco.

"Organisasi saat ini perlu memprioritaskan investasi dalam platform terintegrasi dan mengadopsi kecerdasan buatan (AI) agar dapat beroperasi dalam skala mesin dan akhirnya mengubah keadaan menjadi menguntungkan," imbuh Patel.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Game 'GTA 6' Dipastikan Meluncur September-November 2025

Game "GTA 6" Dipastikan Meluncur September-November 2025

Game
Instagram Vs Instagram Lite, Apa Saja Perbedaannya?

Instagram Vs Instagram Lite, Apa Saja Perbedaannya?

Software
Menjajal Langsung Huawei MatePad 11.5'S PaperMatte Edition, Tablet yang Tipis dan Ringkas

Menjajal Langsung Huawei MatePad 11.5"S PaperMatte Edition, Tablet yang Tipis dan Ringkas

Gadget
Game PlayStation 'Ghost of Tsushima Director's Cut' Kini Hadir di PC

Game PlayStation "Ghost of Tsushima Director's Cut" Kini Hadir di PC

Game
iPhone dan iPad Bakal Bisa Dikendalikan dengan Pandangan Mata

iPhone dan iPad Bakal Bisa Dikendalikan dengan Pandangan Mata

Gadget
Daftar Harga Gift TikTok Terbaru 2024 dari Termurah hingga Termahal

Daftar Harga Gift TikTok Terbaru 2024 dari Termurah hingga Termahal

e-Business
Membandingkan Harga Internet Starlink dengan ISP Lokal IndiHome, Biznet, dan First Media

Membandingkan Harga Internet Starlink dengan ISP Lokal IndiHome, Biznet, dan First Media

Internet
Smartphone Oppo A60 Dipakai untuk Belah Durian Utuh, Kuat?

Smartphone Oppo A60 Dipakai untuk Belah Durian Utuh, Kuat?

Gadget
Rutinitas CEO Nvidia Jensen Huang, Kerja 14 Jam Sehari dan Banyak Interaksi dengan Karyawan

Rutinitas CEO Nvidia Jensen Huang, Kerja 14 Jam Sehari dan Banyak Interaksi dengan Karyawan

e-Business
Smartphone Meizu 21 Note Meluncur dengan Flyme AIOS, Software AI Buatan Meizu

Smartphone Meizu 21 Note Meluncur dengan Flyme AIOS, Software AI Buatan Meizu

Gadget
Advan Rilis X-Play, Konsol Game Pesaing Steam Deck dan ROG Ally

Advan Rilis X-Play, Konsol Game Pesaing Steam Deck dan ROG Ally

Gadget
5 Besar Vendor Smartphone Indonesia Kuartal I-2024 Versi IDC, Oppo Memimpin

5 Besar Vendor Smartphone Indonesia Kuartal I-2024 Versi IDC, Oppo Memimpin

e-Business
Epic Games Gratiskan 'Dragon Age Inquisition - Game of the Year Edition', Cuma Seminggu

Epic Games Gratiskan "Dragon Age Inquisition - Game of the Year Edition", Cuma Seminggu

Game
Motorola Rilis Moto X50 Ultra, 'Kembaran' Edge 50 Ultra Unggulkan Kamera

Motorola Rilis Moto X50 Ultra, "Kembaran" Edge 50 Ultra Unggulkan Kamera

Gadget
Merger XL Axiata dan Smartfren Kian Menguat, Seberapa Besar Entitas Barunya?

Merger XL Axiata dan Smartfren Kian Menguat, Seberapa Besar Entitas Barunya?

e-Business
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com