JAKARTA, KOMPAS.com - Mengingat pentingnya peranan ICT bagi perekonomian suatu negara, maka pembangunan infrastruktur broadband yang selama ini menjadi tantangan sebaiknya dikerjakan bersama-sama.
Hal tersebut dikemukakan oleh Presiden Direktur Indosat Mega Media (IM2) Indar Atmanto, di Jakarta, Selasa (26/4/2011).
"Konektivitas ICT di Indonesia, masih 1-2 persen penetrasinya," ungkap Indar.
Kecilnya angka penetrasi tersebut, di satu sisi merupakan peluang bagi pertumbuhan ICT. Tapi di sisi lain, ini menandakan masih belum memadainya infrastruktur broadband di Indonesia.
Dalam membangun infrastruktur broadband, Indar menekankan perlunya mengelompokkan wilayah Indonesia. Mengingat luasnya wilayah, dan tidak sama kondisi medan, juga populasinya.
"Itu kita bikin kluster-kluster, (ada) kluster Jawa, Sumatera, Indonesia (bagian) timur. Kenapa? itu kebutuhannya berbeda-beda soalnya," ungkapnya, yang menjelaskan ada perbedaan kebutuhan kapasitas di setiap wilayahnya.
Terkait perbedaan geografis, ia menyebutkan, penanaman kabel fiber optik lebih mudah di Jawa, karena kepadatannya tinggi dan ekonomis. Namun, untuk kluster Sumatera, model wireless lebih tepat. Perlakuan berbeda juga diterapkan untuk kluster Indonesia timur.
"Ada dua tahap di Indonesia timur. Satu adalah bagaimana kita memberikan akses dengan satelit pisah," jelasnya.
Kemudian dalam pembangunan infrastruktur ini, lanjutnya, butuh kebersamaan demi efisiensi. "Kedua, kita harus punya kebijakan untuk efisiensi nasional. Nggak semua harus bangun operator, cukup satu-dua operator saja yang ditugaskan, dan yang lain kemudian menggunakan infrastruktur itu," katanya.
Ia menyayangkan, dengan banyak duplikasi dengan tujuan berkompetisi. Harus ada pengaturan, mana yang bisa kompetisi, mana yang bisa kooperatif. Efisiensi nasional harus menjadi tujuan, mengingat pembangunan broadband ini memakan biaya yang cukup besar.