Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa dan Kapan Orang Indonesia Ganti Ponsel Baru?

Kompas.com - 17/06/2016, 10:57 WIB

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat ini telepon seluler pintar seperti sudah menjadi barang yang harus dibawa ke mana pun kita pergi. Bahkan, muncul ungkapan ”lebih baik dompet ketinggalan daripada ponsel pintar yang ketinggalan”.

Ibarat candu, begitulah arti ponsel pintar bagi mayoritas pemiliknya. Produsen ditantang agar produknya tetap dicari-cari konsumen, setiap kali seri baru ponsel tersebut diluncurkan.

Laporan survei kuantitatif lembaga riset pemasaran MARS Indonesia, ”Analisa Kebutuhan Ponsel Pintar (2016)” menyebutkan, hampir 80 persen dari 209 responden mengaku mengganti ponsel pintar dalam waktu kurang dari dua tahun.

Responden yang disurvei berlokasi di Jakarta, Bogor, dan Tangerang. Latar belakang responden berusia 18-35 tahun, berpendidikan akademi ke atas, serta berpendapatan Rp 2,5 juta hingga lebih dari Rp 7 juta per bulan. Pengumpulan data secara wawancara terstruktur tatap muka.

Sebanyak 31 persen responden mengaku mengganti ponsel pintar yang lama karena ingin mempunyai model baru. Berikutnya, secara berturut-turut alasannya adalah ponsel pintar lama sudah rusak (19,14 persen), bosan (15,31 persen), mencari yang lebih canggih (12,92 persen), dan tidak mau ketinggalan zaman (8,13 persen).

Commercial and Business Development Director MARS Indonesia Suryo A Soekarno menyebutkan, keluhan terhadap ponsel lama tidak selalu berkaitan dengan desain terpopuler. Namun, ada juga yang lebih fokus pada fitur penunjang aktivitas mereka sehari-hari.

Menurut dia, sekitar 33,5 persen responden mengatakan, daya baterai yang cepat habis merupakan keluhan utama. Keluhan berikutnya, antara lain, akses berselancar di mesin pencari yang membutuhkan waktu lama (14,4 persen), memori (random access memory/RAM) yang terlalu kecil (12,9 persen), dan kualitas kamera yang kurang memuaskan (9,1 persen).

Dalam waktu sekitar enam bulan, mayoritas responden berencana membeli perangkat baru jika keluhan-keluhan itu terus terjadi. Sebanyak 77,5 persen responden memanfaatkan mesin pencari guna memperoleh referensi utuh atas ponsel yang diinginkan. Sisanya, bertanya ke teman.

Bentuk dan merek

Menurut Suryo, saat ini sekitar 97,6 persen responden memilih tipe ponsel yang tipis. Adapun 67 persen menyenangi bentuk lengkung di setiap sudut. Dari keseluruhan responden itu, sekitar 85 persen mengunggulkan ponsel pintar dengan bagian belakang rata.

”Saat kami melakukan survei tersebut, ternyata merek ponsel internasional masih tetap mereka jagokan. Jika ada merek lokal, sebagian besar persepsi mempertanyakan peningkatan mutu dan kualitas fitur pabrikan dalam negeri,” kata Suryo.

MARS Indonesia mengadakan survei itu sebagai bagian dari pengembangan riset produsen ponsel Advan Indonesia.

Dua tahun lalu, CNET—media di Amerika Serikat yang fokus mengulas teknologi—pernah menulis artikel berjudul Mengapa Desain Ponsel Pintar Penting (Why Smartphone Design Matters). Artikel ini diawali dengan cerita seorang pembaca CNET terkait pengamatan perilaku pengguna ponsel pintar yang selalu memasang pelindung luar di perangkat mereka. Sebagus apa pun model desain, kata pembaca itu, rata-rata pengguna memasang pelindung luar untuk melindungi atau menjaga performa dalam ponsel mereka.

Uraian artikel berikutnya menyebutkan sanggahan, desain merupakan bagian dari sebuah proyek besar yang dilakukan produsen ponsel untuk mempertahankan citra merek. Desain bisa dilihat dari tampilan luar yang menjadi daya tarik untuk datang menghampiri gerai perangkat komunikasi.

Saat ini, pengguna ponsel di Indonesia diperkirakan sekitar 150 juta orang. Meski demikian, satu ponsel bisa digunakan untuk lebih dari satu nomor seluler.

Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia pernah melansir data, rata-rata satu orang memiliki dua nomor seluler.

Berdasarkan data yang dihimpun Kompas, Telkomsel, misalnya, memiliki sekitar 150 juta pelanggan. Adapun Indosat Ooredo memiliki sekitar 65 juta pengguna dan XL Axiata memiliki 55 juta pengguna.

Praktisi telekomunikasi dan dosen Program Studi Magister Manajemen Universitas Indonesia Jakarta, Hasnul Suhaimi, berpendapat, konsumen sekarang makin cerdas. Merek mungkin masih menjadi hal utama yang dilihat saat membeli ponsel baru.

Akan tetapi, tren ke depan, konsumen menilai produk dari kualitas fitur yang mampu mendukung aktivitas pengguna. Harga juga masuk ke dalam perhitungan pengguna. Maka, produsen harus cerdas berinovasi untuk memenangkan pasar. (MEDIANA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com