Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Peluang dan Kendala Pertumbuhan Startup di Indonesia

Kompas.com - 23/09/2015, 12:35 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan teknologi membawa banyak peluang baru untuk menumbuhkan ekonomi nasional. Namun, peluang tersebut berbanding lurus dengan kendala yang masih menghadang gerak para pelaku industri kreatif digital.

Hal ini diakui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf. "Macam-macam kendalanya. Ada regulasi yang tumpang tindih, akses pasar dan hal-hal teknis lain. Tapi kami tentu akan memangkas pelan-pelan halangan-halangan yang ada," kata dia pada acara peluncuran program "Grow Local" dan "Go Global" oleh Baidu, Rabu (23/9/2015) di Hotel Pullman, Jakarta.

Secara lebih terperinci, Baidu memaparkan peluang dan kendala perkembangan startup lokal melalui hasil riset yang dilakukan Growth from Knowledge (GfK) bertajuk "Understanding Mobile Apps Market in Indonesia".

Berdasarkan riset, setidaknya ada empat kendala utama yang dihadapi para pengembang startup. Yakni pendanaan, pengadaan infrastruktur, keterbatasan teknologi serta ketiadaan riset pasar yang mumpuni.

Adapun hasil riset yang dipandang sebagai peluang bagi industri startup, yakni tingginya adopsi aplikasi mobile oleh para pengguna perangkat mobile (smartphone dan tablet). Hal ini tak lepas dari penetrasi pengguna smartphone dan tablet itu sendiri yang mencapai 97,5 persen.

Lewat perangkat mobile, penggunanya rata-rata membuka aplikasi online selama 60 menit per hari. Aplikasi yang paling banyak diakses adalah aplikasi chatting seperti WhatsApp, Line, BBM, dan Facebook Messenger (95 persen).

Selanjutnya, aplikasi marketplace semacam OLX, Lazada dan Tokopedia menempati posisi kedua sebagai jenis aplikasi paling banyak diakses (89 persen). Sementara itu, aplikasi media sosial seperti Instagram, Facebook dan Path menduduki posisi ketiga (76 persen).

Rentang usia yang paling aktif mengakses aplikasi digital adalah 18 hingga 21 tahun. Dengan segala peluang yang dipaparkan, pengembang aplikasi lokal dianggap masih kurang memanfaatkan celah.

"Industri kreatif di bidang kuliner dan fashion berkontribusi paling besar untuk ekonomi nasional. Aplikasi digital masih sangat sedikit, cuma 1,6 persen. Makanya itu yang akan jadi fokus kami," kata Triawan.

Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara pun berulang kali mengemukakan harapannya agar pengembang lokal bisa melengserkan dominasi aplikasi asing yang digandrungi masyarakat.

Untuk itu, melalui program teranyarnya, "Grow local" dan "Go global", Baidu berharap bisa memangkas kendala-kendala yang ada dan memaksimalkan peluang-peluang yang tersedia. Program tersebut sekaligus mendukung program pemerintah untuk menggenjot industri kreatif digital di Indonesia.

Baidu telah menyediakan 1 juta dollar AS (Rp 14,4 miliar) dalam bentuk investasi marketing, teknologi dan infrastruktur, untuk membantu startup lokal unjuk gigi di dalam dan luar negeri. Dana itu akan dititikberatkan di tiga kota dengan antusiasme pasar digital paling besar, yakni Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.

Beberapa implementasi investasi tersebut adalah pembangunan working space, investasi hardware, workshop dan mentoring.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com