Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Disrupsi Digital, Apa yang Harus Dilakukan Industri?

SINGAPURA, KOMPAS.com – Disrupsi digital pada sektor industri. Mungkin, kalimat tersebut sering Anda dengar bila merujuk pada transformasi digital yang akhir-akhir ini sering dikumandangkan.

Sebenarnya, disrupsi sektor industri tak hanya terjadi pada masa kini. Untuk membuktikannya, mari menjelajah mesin waktu menuju tahun 1876.

Pada tahun tersebut, seorang ilmuwan berkebangsaan Skotlandia Alexander Graham Bell telah menemukan sebuah karya yang mengubah industri telekomunikasi menjadi lebih canggih.

Dia menemukan sebuah telepon yang bisa digunakan untuk berkomunikasi jarak jauh. Penemuan tersebut pun dinilai menjadi disrupsi bidang telekomunikasi pada masanya.

Namun, bila kembali ke masa sekarang dimana beberapa orang telah meninggalkan telepon untuk mendukung aktivitas keseharian, kondisi itu jadi tak relevan.

Pasalnya, saat ini sudah banyak tersebar media komunikasi yang bisa dimanfaatkan dengan berbagai fitur. Sebut saja Skype yang bisa menghubungkan komunikasi tatap muka dengan orang dari belahan dunia lain, atau WhatsApp dan Line yang sudah memiliki fitur chat, video call, dan phone call.

Kendati demikian, semakin canggih teknologi yang digunakan, maka semakin kompleks kebutuhan industri yang harus diakomodasi.

Demikian ujar SVP Secure Power International Schneider Electric Natalya Makarochkina dalam acara Life at the Edge di Sands Expo & Convention Center, Singapura, Kamis (19/9/2019).

“Seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat, beberapa sektor industri terkena imbasnya. Mereka harus mentrasformasikan model bisnis dan sistemnya ke arah digital jika tak ingin tertinggal jauh,” jelas Natalya.

Untuk melakukan perubahan ini, Natalya mengatakan 40 persen perusahaan di dunia mencari service provider yang bisa membantu industri mereka bertranformasi ke arah digital.

Transformasi ini pun diharapkan dapat meningkatkan profit sebesar 10 persen pada 2019.

“Dibutuhkan infrastuktur, data center, dan ekosistem baru yang memadai untuk dapat menampung kompleksitas data sebuah industri,” ujarnya.

EcoStruxure yang dikembangkan oleh Schneider Electric, sambung Natalya bisa menjadi solusi industri untuk membantu transformasi tersebut.

Adapun teknologi EcoStruxure mampu memberikan analisis prediktif dan proaktif untuk pengambilan keputusan secara real time.

Ia menilai teknologi EcoStruxure mampu mengurangi biaya pengeluaran untuk teknisi sebesar 35 persen dan meminimalisasi perbaikan sekitar 7 persen.

Sebagai timbal baliknya, industri dapat meningkatkan kecepatan pengoperasian data sebesar 50 persen tanpa mengurangi risiko kerusakan pada alat teknologi informasi (IT) yang digunakan.

https://tekno.kompas.com/read/2019/09/21/17210017/disrupsi-digital-apa-yang-harus-dilakukan-industri-

Terkini Lainnya

Samsung Experience Lounge Hadir di Jakarta, 'Ruangan' Smart Home dan Serba AI

Samsung Experience Lounge Hadir di Jakarta, "Ruangan" Smart Home dan Serba AI

Gadget
Bocoran iPhone 16 Series, Bawa Layar Lebih Luas dari iPhone 15

Bocoran iPhone 16 Series, Bawa Layar Lebih Luas dari iPhone 15

Gadget
Cara Mengatur Durasi Layar dan Aplikasi di iPhone

Cara Mengatur Durasi Layar dan Aplikasi di iPhone

Gadget
Microsoft Akan Beri Pelatihan AI Skilling untuk 840.000 Orang di Indonesia

Microsoft Akan Beri Pelatihan AI Skilling untuk 840.000 Orang di Indonesia

e-Business
Kenapa Aplikasi di iPhone Menginstal Ulang dengan Sendirinya? Begini Cara Mengatasinya

Kenapa Aplikasi di iPhone Menginstal Ulang dengan Sendirinya? Begini Cara Mengatasinya

Gadget
Merger XL Axiata-Smartfren, Siapa Berkuasa?

Merger XL Axiata-Smartfren, Siapa Berkuasa?

Internet
Bos Microsoft Satya Nadella Ungkap Peluang Komunitas Developer Indonesia Masuk 5 Besar Dunia

Bos Microsoft Satya Nadella Ungkap Peluang Komunitas Developer Indonesia Masuk 5 Besar Dunia

Software
Cara Mengaktifkan Passkey di WhatsApp Android

Cara Mengaktifkan Passkey di WhatsApp Android

Software
OpenAI Rilis Fitur 'Memory' di ChatGPT, Bisa Ingat dan Kenali Pengguna

OpenAI Rilis Fitur "Memory" di ChatGPT, Bisa Ingat dan Kenali Pengguna

Software
Daftar 20 HP Terlaris Sepanjang Sejarah, Nomor 1 Bukan Smartphone

Daftar 20 HP Terlaris Sepanjang Sejarah, Nomor 1 Bukan Smartphone

Gadget
Microsoft Investasi Rp 27 Triliun di Indonesia, Terbesar dalam 29 Tahun

Microsoft Investasi Rp 27 Triliun di Indonesia, Terbesar dalam 29 Tahun

e-Business
'Microsoft Build: AI Day' Digelar di Jakarta, Dihadiri CEO Microsoft Satya Nadella

"Microsoft Build: AI Day" Digelar di Jakarta, Dihadiri CEO Microsoft Satya Nadella

e-Business
Bukti Investasi Apple Rp 1,6 Triliun di Indonesia Masih Sekadar Janji

Bukti Investasi Apple Rp 1,6 Triliun di Indonesia Masih Sekadar Janji

e-Business
Smartphone Vivo Y18e Meluncur, Bawa Layar 90 Hz dan Baterai 5.000 mAh

Smartphone Vivo Y18e Meluncur, Bawa Layar 90 Hz dan Baterai 5.000 mAh

Gadget
Tablet Xiaomi Pad 6S Pro Meluncur di Indonesia 5 Mei, Ini Bocoran Spesifikasinya

Tablet Xiaomi Pad 6S Pro Meluncur di Indonesia 5 Mei, Ini Bocoran Spesifikasinya

Gadget
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke