Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Starlink Tolak Tawaran Telkom Kerja Sama Segmen Konsumen

KOMPAS.com- PT Telkom Indonesia Tbk (Telkom) mengatakan pernah meminta layanan internet satelit Starlink (PT Starlink Services Indonesia), untuk bisa bekerja sama dengan Telkom di segmen konsumen atau business-to-consumer/B2C. Namun, permintaan itu disebut selalu ditolak.

Hal ini diungkapkan Direktur Utama (Dirut) Telkom, Ririek Adriansyah dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR dengan Telkom terkait kinerja korporasi tahun 2023 pada Kamis (30/5/2024). 

Dalam acara ini, Ririek menjawab pertanyaan Wakil Ketua Komsii VI DPR RI, Mohamad Hekal terkait sikap Telkom yang bermitra dengan Starlink di segmen korporasi (enterprise/business-to-business/B2B), namun tidak di segmen konsumen.

"Khusus B2C, kami sudah lama minta ke Starlink untuk kerja sama dengan kami, tapi mereka tetap tidak mau. Kalau ditanya alasannya, mereka selalu alasannya itu karena kebijakan (policy) dari kantor pusat," kata Ririek, dikutip KompasTekno dari kanal YouTube TVR Parlemen, Kamis (30/5/2024).

Ririek menambahkan bahwa di segmen konsumen, Starlink saat ini hanya bekerja sama dengan salah satu perusahaan di Indonesia. Namun, perusahaan ini hanya berperan sebagai agen untuk memasarkan perangkat (hardware) Starlink saja, tidak ikut menawarkan layanan internet. 

Ririek tak mengumbar apakah pihaknya akan kembali mengadakan diskusi dengan Starlink untuk kerja sama di bidang B2C atau tidak. 

Saat ini, Telkom, melalui anak bisnis perusahaan komunikasi satelit Telkomsat, hanya memiliki kerja sama di bidang korporasi (business to business/B2B) dengan Starlink. Hal ini terjalin guna menawarkan layanan internet ke pelanggan bisnis atau perusahaan (enterprise).

Kerja sama antara Telkom dan layanan internet milik perusahaan Elon Musk itu sudah terjalin sejak 2022. Kala itu, Telkomsat menggelar layanan backhaul Starlink dengan memanfaatkan hak labuh yang telah diberikan oleh pemerintah.

Layanan backhaul Starlink ini akan terhubung dengan base transceiver station (BTS) Telkomsel.

Adapun BTS yang menggunakan Starlink ini hadir di beberapa daerah yang sinyal Telkomsel-nya rendah, seperti daerah terpencil. Nantinya, BTS tersebut akan bisa memberikan kualitas sinyal yang lebih baik kepada masyarakat yang ada di sekitar BTS.

"Beberapa BTS Telkomsel itu ada yang menggunakan Starlink, dan secara kualitas, satelit Starlink lebih bagus karena memiliki latensi yang lebih rendah, terutama apabila dibandingkan satelit kami (orbit GEO) yang berada di 36.000 km di atas permukaan bumi," jelas Ririek.

Adapun satelit yang terletak di orbit Geostationary Earth Orbit/GEO memiliki jarak terjauh dari permukaan bumi, sehingga risiko latensinya lebih tinggi. Latensi tinggi, akan menyebabkan penundaan informasi, sehingga menimbulkan lag pada pengalaman pengguna.

"Satelit Starlink sendiri berada di Low Earth Orbit (LEO) dengan jarak 500 km, sehingga penerimaan sinyal pastinya lebih bagus. Memang harga penyediaan layanan ini lebih mahal dari GEO, namun hal ini turut menciptakan nilai positif bagi kami, karena konsumsi data di sektiar area BTS yang pakai Starlink itu meningkat juga," imbuh Ririek. 

Selain permintaan kerja sama dengan Starlink di segmen B2C di atas, Ririek juga mengungkap dampak kehadiran Starlink terhadap ekosistem penyedia layanan internet (ISP) di Indonesia.

Menurut Ririek, munculnya Starlink saat ini belum begitu berdampak pada ISP di Indonesia, terlebih apabila harganya sama seperti sekarang, yaitu Rp 750.000 per bulan dan Rp 4,68 juta (diskon 40 persen dari Rp 7,8 juta) untuk harga perangkat.

"Potensi pasar di range harga seperti ini sebenarnya ada, tapi pasarnya relatif kecil," ungkap Ririek.

Kendati demikian, dampak yang lebih besar akan terjadi ketika harga layanan Starlink diturunkan, dan Ririek menyebut hal ini bisa saja terjadi, mengingat Starlink menurunkan harga layanan mereka di beberapa negara yang telah mereka sambangi.

"Dampaknya tentu akan lebih besar ketika nanti harganya diturunkan (dari harga sekarang). Kasus di beberapa negara, Starlink terus menurunkan harganya, dan kalau turun juga di sini, dampaknya akan semakin terlihat," ujar Ririek. 

Wakil Ketua Komisi VI DPR lantas menanyakan apakah bisnis Telkom bisa bertahan atau tidak di masa depan, terutama era di mana Starlink semakin berkembang, mematok harga kompetitif, dan satelit yang mereka miliki semakin banyak.

"Peluang (bisnis Telkom tergerus) itu ada, tapi menurut saya, masih ada area bisnis di mana kami masih tetap hidup ketika Starlink berkembang dan harganya semakin kompetitif. Tapi kalau (Starlink) mematikan bisnis Telkom, saya rasa itu tidak," pungkas Ririek.

https://tekno.kompas.com/read/2024/05/30/16350087/starlink-tolak-tawaran-telkom-kerja-sama-segmen-konsumen

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke