Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hitam Putih Dunia Sophan Sophiaan

Kompas.com - 18/05/2008, 00:46 WIB

Pada 20 Juni 1996, Sophan terlihat gagah sekaligus gigih memimpin demonstrana menuju Monas. Ia bersama Mangara Siahaan (aktor dan anggota DPR kala itu) memimpin long march ribuan massa PDI dari gedung DPP PDI Jalan Diponegoro ke Silang Monas, untuk doa bersama dan menyatakan sikap menentang penyelenggaraan Kongres PDI Medan. Dalam perjalanan, petugas keamanan membarikade massa agar tidak melewati Jl Merdeka Barat. Massa akhirnya berbelok ke Jl Merdeka Selatan.

Setiba di Jl Merdeka Timur, massa dihadang petugas. Sophan tampak menenangkan massa melalui megaphone. Ia berdiri di sebuah mobil dan menghadapi massa. Tapi tiba-tiba dari arah belakang, petugas dan massa saling bentrok. Kekacauan itu terjadi di depan kantor Direktorat Kebudayaan.

Tak sekali itu Sophan jadi "hero" bagi kaumnya. Di waktu lain ia juga berdebat gigih menghadapi pemerintah seperti Menteri Penerangan Harmoko dalam sebuah rapat kerja yang membahas antara lain pembredelan Tempo, Editor, dan Detik.

Kendati bersuara keras di parlemen, terkesan oposan, tapi tidak memperlihatkan perangai kasar. Sophan seorang demonstran yang sopan. Pada aksi yang melibatkan sekitar 5.000 orang itu, ia berkali-kali menenangkan massa yang mulai digerahkan. Ia coba bernegosiasi dengan tentara dan polisi ketika para pengunjuk rasa dihambat melanjutkan perjalanan menuju kantor Menteri Dalam Negeri. Dia pula negosiator dalam pembebasan 48 demonstran yang ditahan.

Sophan juga berani menggertak oknum yang berkata-kata kasar kepada pengunjuk rasa. Dia memrotes pemukulan wartawan, termasuk kru televisi CNN yang berdarah-darah.

"Saya marah ketika tahu wartawan kena pukul. Silakan menggiring demonstran, tapi memukul wartawan sudah di luar batas," katanya kepada wartawan kala itu.
 
Sophan memulai karier di film tahun 1970 dengan menjadi figuran dalam Dan Bunga-bunga Berguguran yang disutradarai Wim Umboh. Wim yang membaca potensi laki-laki ini setahun kemudian menawarinya menjadi pemeran utama Pengantin Remaja. Di tengah kesibukan di parlemen, ia masih tampil sebagai aktor dalam Sesal (1994) yang ia sutradarai sendiri.

Seorang pengamat film kawakan, ketika membuat katalog film-film Indonesia, sudah mencium bahwa kebanyakan film yang ia sutradarai disisipi dengan semangat politik.

"Benar, bagaimana pun halusnya, saya selalu menyisipkan gambaran tentang keadaan sosial yang ada dalam masyarakat," katanya.

Lama sebelum Mochtar Pakpahan memimpin SBSI, lama sebelum buruh tekstil dan sepatu Tangerang menuntut hak, Sophan pada tahun 1978 telah menyutradarai Bung Kecil tentang kaum buruh. Hampir lima tahun tertahan di Badan Sensor Film, lulus sensor tahun 1983, akhirnya film itu dilarang diputar.

Jebolan Fakultas Hukum Universitas Leipzig Jerman Timur dan Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta ini memang dibesarkan dalam keluarga yang melek politik. Manai Sophiaan, ayahnya, seorang pentolan Partai Nasional Indonesia (PNI), anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS), dan penanda tangan Petisi 50. Kakeknya seorang tokoh pergerakan yang pernah dibuang ke Digul. "Sejak kecil saya sudah akrab dengan jargon-jargon politik," katanya.
   
SUAMI aktris Widyawati itu akhirnya terjun ke gelanggang politik beberapa saat menjelang kampanye Pemilihan Umum 1992, atas bujukan Soerjadi, Ketua Umum DPP PDI versi Kongres Medan 20-22 Juni. Tawaran masuk ke PDI itu disampaikan Soerjadi dalam sebuah makan siang di Pizza Hut Mal Pondok Indah Jakarta. Ia memutuskan menerima tawaran itu setelah diyakinkan bahwa ia akan disisipkan menjadi calon jadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com