Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Menangkap Jejaring Sosial

Kompas.com - 19/12/2008, 13:31 WIB

DI LUAR dugaan, ternyata tahun 2008 ini merupakan tahun penuh berkah bagi industri telekomunikasi bergerak di Indonesia. Secara umum, industri mampu tumbuh 10 kali dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi nasional. Hingga triwulan ketiga 2008 tercatat 143,8 juta pengguna telepon (GSM+CDMA), naik 56 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2007 yang 92 juta. Angka ini masih lebih tinggi daripada pertumbuhan tahun 2007, yang mencapai peningkatan 50 persen dari kinerja tahun 2006.

Mencermati laporan keuangan yang telah dipublikasikan, ada dua operator yang mencatat pertumbuhan pelanggan luar biasa. Bakrie Telecom naik 124 persen dari 2,9 juta pada triwulan ketiga 2007 menjadi 6,5 juta pada periode yang sama tahun 2008. Yang kedua XL, pada triwulan ketiga 2008 ini jumlah pelanggannya mencapai 25,087 juta, naik 95 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2007. Si penguasa pasar, Telkomsel, tumbuh 35 persen, sementara Indosat naik 61 persen dari 22 juta ke 35,5 juta.

Meski begitu, bukan berarti menutup tahun 2008 akan berakhir happy ending karena pertumbuhan itu justru mulai menyurut di paruh akhir tahun 2008. Indikasi perlambatan pertumbuhan mulai dirasakan pada triwulan ketiga tahun ini. Laju pertumbuhan sudah tak setinggi jika dibandingkan dua triwulan sebelumnya. Contohnya Indosat, jika pada triwulan kedua mampu mengakuisisi 1,983 juta per bulan, pada triwulan ketiga hanya 1,028 juta per bulan. Sementara XL, pada triwulan kedua ngebut dengan mendapat pelanggan baru 1,5 juta per bulan dan triwulan ketiga menyusut menjadi 729.000 per bulan.

Pada tahun ini yang pertumbuhan kurang bergairah dialami Telkomsel karena dari tiga merek unggulannya, hanya kartu Simpati yang masih membukukan tambahan pelanggan baru. Sementara kartu Halo dan kartu As sempat mengalami pertumbuhan negatif.

Walau pasar belum sepenuhnya jenuh, potensi yang bisa digarap 12 operator yang ada sudah makin terbatas. Apalagi, dengan adanya krisis dunia—yang mengakibatkan gelombang PHK di mana-mana—akan memengaruhi daya beli konsumen. Dampaknya yang terlihat adalah penurunan average revenue per user (ARPU) operator. Jika tahun lalu rata-rata ARPU masih sekitar Rp 50.000, sekarang sekitar cuma Rp 40.000.

Padahal, seperti diprediksi sejumlah pengamat ekonomi, dampak krisis global akan lebih terasa pada triwulan pertama dan kedua tahun 2009. Ini tentu akan makin memperketat persaingan di industri telekomunikasi. Strategi akuisisi pelanggan baru tidak akan sekencang dulu, mempertahankan pelanggan akan lebih mewarnai perjalanan industri ini ke depan. Kecenderungannya, operator akan lebih konservatif meski diprediksi industri akan tetap tumbuh sekitar 25-35 persen. Sementara ARPU pun diperkirakan akan semakin turun, mungkin di level Rp 30. Artinya, jurus memikat pelanggan baru hanya dengan tarif murah tak lagi ampuh dalam mematok pertumbuhan pada tahun mendatang.

Layanan konvergensi

Dengan memperhitungkan pelbagai hal yang bakal terjadi tahun 2009, pelaku di bisnis telekomunikasi mesti mampu menyiasatinya, baik dari sisi pendanaan untuk pembangunan, mengatur dan mengefisienkan opex (operating expenditure), maupun merancang strategi pemasaran dan penjualan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasar.

Dengan kondisi pasar yang ada saat ini, mestinya akuisisi pelanggan baru bukan sesuatu yang gampang. Bahkan, pelanggan yang sudah ada pun akan lebih cermat dalam memilih layanan operatornya. Pertimbangan utamanya tentu lebih pada efisiensi. Operator besar meyakini bahwa dalam 1-3 tahun mendatang, voice masih menjadi revenue generator terbesar mengingat suara sampai saat ini masih memberikan kontribusi 70 persen pendapatan. Meski begitu, kebutuhan pasar di luar suara tak bisa diabaikan begitu saja karena suara bisa menjelma jadi tambang emas.

Seperti apakah kebutuhan pasar? Menangkap fenomena jejaring sosial atau social networking, dalam pelbagai bentuk adalah sebuah contoh. Wabah social networking mulai beranjak menjadi budaya. Fenomena ini tak cuma bisa ditangkap dengan perangkat yang mahal atau peralatan tertentu saja, tetapi juga melalui semua perangkat, dengan program disesuaikan dengan segmen pasar yang dibidik. Jika semula jejaring sosial masih sekadar gaya hidup, saatnya dengan cepat bergeser menjadi kebutuhan. Seperti halnya memiliki HP, pada masa lalu masih merupakan gaya hidup, tetapi kini sudah menjadi kebutuhan lebih dari 140 juta pemilik ponsel di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com