Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Musik

Kematangan GIGI pada Usia Ke-15

Kompas.com - 05/04/2009, 02:42 WIB

Proses membikin lagu dengan workshop dan jamming memang dilakukan GIGI sejak awal. Budjana main rhythm, lalu masuk melodi, baru lirik. Saat aransemen, perubahan struktur lagu bisa terjadi, misalnya tadinya bagian refrain muncul setelah lagu 1 (satu bait pertama), lalu diubah menjadi setelah lagu 2.

Namun, lima tahun lalu, GIGI merasa jenuh dan ingin mencari cara lain dalam penciptaan lagu. Titik baliknya ketika membuat album original soundtrack film Brownies. Setiap awak membikin dua atau tiga lagu jadi lalu dibawa ke studio untuk kemudian diaransemen bersama-sama. Bisa juga dalam lagu itu lirik belum ada, lalu Armand memasukkan lirik. Dari sekian lagu, dipilih lagu-lagu yang dinilai terbaik.

”Sekarang kerja kami begitu, termasuk untuk pembuatan lagu di album terbaru kami. Tetapi, tetap ada lagu yang tercipta lewat jamming, seperti ’Ya.. ya.. ya..’, itu setengahnya jamming,” tutur Armand.

Musik GIGI yang pop terbentuk dari berbagai kecenderungan musik lain, seperti rock ataupun jazz. Dalam pandangan penulis musik Denny Sakrie, GIGI pintar menakar pengaruh rock dan jazz itu dengan pas sehingga tidak dominan. ”Pada album pertama, Angan, misalnya, terasa eksplorasi gitar Budjana yang nge-jazz, juga unsur etnis, tetapi dia tak mencoba dominan,” katanya.

Terbuka dan bergaul

Sejak awal, para awak GIGI selalu memperluas pergaulan bermusik, dan ini sangat berpengaruh pada lagu dan musik yang mereka ciptakan. ”Musik itu pun buat pergaulan dan makanya kami bergaul, melihat trend,” sahut Thomas.

Sambung Armand, ”Yang saya salut sama teman-teman GIGI karena semua terbuka. Kami tidak pernah merasa pernah melalui tahap tertentu dalam bermusik. Setiap ada grup band baru, kami lihat dan cermati. Pas muncul Padi, Peterpan, Nidji, Ungu, dan lainnya, saya telepon lebih dulu, lalu terjadi diskusi.”

”Kami enggak menutup diri dari musik. Kalau sampai terpikir, ah…. kami sudah lewati hal itu atau masa itu, justru berarti kami sudah mati,” lanjut Armand lagi.

Usia 15 tahun, kata Thomas, kalau diibaratkan dengan usia manusia, sebenarnya sedang pada masa sok tahu. Bagi sebuah band, bisa saja muncul perasaan sudah berpengalaman. ”Mudah-mudahan tetap berkarya dan tidak sombong,” kata dia.

Berbagai konflik yang terjadi selama 15 tahun, menurut Budjana, justru menjadi momen untuk belajar. ”Sinergi GIGI dengan manajemen jadi sangat bagus. Banyak ide antara manajemen dan GIGI yang seiring sejalan,” kata dia.

Karena itu, wajar jika semenjak album Jalan Kebenaran, GIGI melepaskan diri dari Sony Music Indonesia dan benar-benar menjadi band indie. Dukungan manajemen yang solid dengan Dhani Pette sebagai pentolannya makin memandirikan GIGI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com